"[Namun], belum tentu balance itu menguntungkan," ujarnya saat ditemui di sela acara Asia Pasific Oil & Gas Conference and Exhibition (APOGCE) 2023 di Jakarta, Selasa (10/10/2023).
Noor mengatakan, jika hal itu terjadi, maka keuntungan tersebut bisa digunakan untuk mengembangkan produksi minyak di berbagai kilang minyak.
"Karena itukan ada windfall, ya.[..] Berarti capital flow mestinya bisa dikembangkan untuk development," ujarnya.
Adapun, akibat konflik Israel-Hamas yang memanas sejak pekan lalu, harga minyak dunia telah berhasil rebound, setelah dalam dua pekan terakhir sempat melandai di kisaran US$82—US$83 per barel.
Per Selasa (10/10/2023) pagi, harga minyak jenis Brent ada di US$ 88,01/barel, turun 0,16% dari hari sebelumnya. Kemarin, Brent ditutup di US$ 88,15/barel, melesat 4,22% sekaligus menandakan kenaikan yang tertinggi sejak 4 Oktober.
Minyak jenis Light Sweet atau West Texas Intermediate (WTI) hari ini bertengger di level US$ 86,21/barel, turun 0,2%. Kemarin, WTI menutup perdagangan di posisi US$ 88,36/barel, melonjak 4,34% dan juga menjadi yang tertinggi sejak 4 Oktober.
Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, per Juli 2023, realisasi produksi siap jual (lifting) minyak Indonesia baru mencapai 597/635 barrel oil per day (BOPD), masih jauh dari target akhir tahun 2023 sebanyak 660.000 BOPD.
(ibn/wdh)