Logo Bloomberg Technoz

Kejatuhan rupiah yang telah menembus level support terkuat bisa semakin dalam dengan titik support terdekat kini ada di Rp15.770/US$, berdasarkan analisis teknikal.

Kemerosotan nilai tukar rupiah dalam menghadapi dolar AS hari ini berlangsung di tengah rebound harga saham dan obligasi negara baik di kancah global maupun domestik. 

Indeks Harga Saham Gabungan sampai pukul 15:49 WIB, Selasa (10/10/2023) mencatat penguatan 0,6% ke kisaran 6.932,32. Sementara yield SUN semua tenor tercatat turun, mengindikasikan kenaikan harga obligasi. Tenor 10 tahun memimpin penurunan yield terbanyak hingga 5,2 bps ke 6,927%.

Akan tetapi, selera pemodal asing terlihat pupus memasuki pasar primer sejurus dengan terus susutnya kepemilikan asing di SBN yang meluncur ke titik terendah sejak Mei lalu di Rp818,13 triliun. 

Ada kemungkinan, para pelaku pasar juga lebih mengantisipasi lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) esok hari yang menawarkan tenor lebih pendek namun dengan imbal hasil lebih tinggi.

Sebagai gambaran, dalam lelang SBSN hari ini, seri PBS036 yang tenornya sekitar 2 tahun mencatat imbal hasil rata-rata dimenangkan di 6,38%. Seri ini mencatat animo terbesar hingga lebih dari Rp4 triliun di mana peserta lelang meminta yield hingga 6,6%.

Sementara seri pendek SPN-S yang jatuh tempo April 2024, juga banyak diminati dengan incoming bids sebesar Rp2,42 triliun. Peserta lelang meminta yield 5,8%-6%, namun dimenangkan rata-rata di 5,8%.

Tingkat imbal hasil seri SPN-S, yang paling mirip dengan SRBI karena tenornya di bawah 12 bulan, masih jauh di bawah yield SRBI dalam lelang terakhir Jumat pekan lalu.

Dalam lelang 6 Oktober lalu, SRBI tenor 12 bulan dimenangkan dengan tingkat imbalan rata-rata di kisaran 6,42%, jauh lebih tinggi bahkan dibandingkan SUN benchmark tenor 2 tahun saat ini yang bergerak di kisaran 6,31%.

Tidak mengherankan jika minat pemodal dalam lelang SBN kian susut tersedot animo ke SRBI. Minimnya minat dalam lelang sukuk hari ini juga akhirnya membuat pemerintah menyerap di bawah target indikatif yaitu hanya Rp5 triliun atau hampir separuh di bawah target Rp9 triliun.

(rui/aji)

No more pages