Logo Bloomberg Technoz

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Jika di atas 100, maka artinya konsumen masih optimistis memandang perekonomian saat ini hingga 6 bulan mendatang.

Akan tetapi, IKK September turun cukup tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 125,2. IKK September menjadi yang terendah sejak Desember tahun lalu alias 9 bulan terakhir.

Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia (Sumber: BI. Bloomberg)

Kelesuan Konsumsi

Dua data tersebut menggambarkan mengenai prospek konsumsi rumah tangga, yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari separuh dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi pengeluaran.

Sepertinya kenaikan harga bahan pangan, terutama beras, sudah secara nyata memukul daya beli rakyat. Maklum, beras adalah salah satu komoditas yang paling banyak dikonsumsi sehingga kenaikan harganya akan sangat mempengaruhi daya beli.

Di keranjang Indeks Harga Konsumen (IHK), sumbangan beras adalah 3,33%. Hanya kalah dari listrik (3,96%) dan BBM (3,78%).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, harga beras di tingkat eceran pada September 2023 naik 5,61% dari bulan sebelumnya. Dibandingkan September 2022, harga melonjak 18,44%.

"Sepanjang 2014 hingga sekarang, inflasi beras tahun ke tahun saat ini paling tinggi," ungkap Amalia Adininggar Widyasanti, Plt Kepala BPS, dalam jumpa pers awal bulan ini.

Perkembangan Harga Beras di Setiap Level Perdagangan. (Dok. BPS)

Bagi masyarakat miskin, kenaikan harga beras jauh lebih terasa. BPS mencatat garis kemiskinan pada Maret adalah Rp 550.458/kapita/bulan. Dari jumlah tersebut, Rp 408,522 adalah garis kemiskinan makanan. Artinya, 74,21% pengeluaran masyarakat miskin adalah untuk membeli makanan.

Beras menyumbang 18,98% dalam konsumsi masyarakat miskin. Beras adalah pengeluaran terbesar, nomor 1. Jadi kalau harga beras naik, maka bisa dipastikan beban rakyat miskin makin berat.

“Dengan produksi yang menurun pada beberapa bulan ke depan, masih mungkin kenaikan harga beras akan berlanjut. Akibatnya, bisa mempengaruhi daya beli masyarakat pada kuartal IV-2023,” tegas Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas.

Sumber: Bahana Sekuritas

Kelesuan daya beli ini tentu pada akhirnya akan berpengaruh terhadap angka pertumbuhan ekonomi. Capaian pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang 5,31% sepertinya sulit terulang tahun ini.

Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg yang melibatkan 43 institusi memperkirakan ekonomi Tanah Air tumbuh 5% tahun ini. Sedangkan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan lebih rendah di 4,7%.

“Ketergantungan Indonesia akan harga komoditas dan pasar keuangan global membuatnya rentan terhadap dinamika eksternal. Meskipun ada perbaikan fundamental, tekanan di pasar masih akan menyebabkan syok di perekonomian seperti tahun-tahun sebelumnya,” sebut laporan OECD.

(aji)

No more pages