Logo Bloomberg Technoz

Pilihan kedua yakni tenor panjang ORI024-T6 yang baru jatuh tempo pada 15 Oktober 2029, memberikan kupon tetap 6,35% per tahun. Tawaran kupon ini lebih tinggi dibanding seri obligasi ritel sebelumnya yang di kisaran 6,10%.

Tingkat imbal hasil lebih tinggi yang ditawarkan oleh ORI seri terbaru tersebut, bisa dibilang telah memasukkan penghitungan atas potensi kenaikan bunga acuan BI7DRR yang saat ini masih di level 5,75%. 

Tekanan pada rupiah yang tak terjeda hingga kini di kisaran Rp15.700/US$, memberi tekanan pada BI untuk membuka opsi kenaikan bunga acuan ke 6% agar selisih imbal hasil investasi RI dengan Amerika masih cukup terjaga di level menarik.

"Bila rupiah terus melemah menuju Rp16.000/US$ ditambah cadangan devisa turun US$ 8 miliar ke kisaran US$ 127 miliar dalam dua bulan ke depan, BI akan mulai menimbang kenaikan BI7DRR sebesar 25 bps menjadi 6% pada kuartal IV," kata Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Prayadi.

Selisih antara bunga acuan BI7DRR dengan tingkat kupon ORI 2006-2023 (Div. Riset Bloomberg Technoz)

Sebagai gambaran, untuk surat utang seri Fixed Rate (FR) tenor 3 tahun dan 6 tahun saja, sampai siang ini mencatat yield di kisaran 6,54% dan 6,67%. Jauh di atas tawaran ORI bertenor sama yang masing-masing cuma 6,1% dan 6,35% belum termasuk potongan pajak bunga obligasi 10%. Dengan demikian, imbal hasil bersih ORI024 berkisar 5,69% untuk T3 dan 5,82% untuk T6.

Level imbal hasil itu memang masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan bunga deposito perbankan tenor 3 bulan yang sampai Agustus lalu rata-rata di kisaran 4,63%. Akan tetapi, sudah cukup dekat bila dibandingkan deposito bank tenor terpanjang 24 bulan yang naik di kisaran 5,44% per tahun. 

'Real interest rate'

Sejatinya, untuk mengukur sejauh mana tingkat keuntungan sebuah produk investasi cukup menarik atau tidak, salah satunya juga bisa dilihat dengan menimbang tingkat inflasi.

Inflasi RI sejauh ini memang terus melandai hingga September lalu inflasi IHK sudah di kisaran 2,28%. Tahun depan, laju inflasi diprediksi akan terus landai di kisaran 2,8%, sementara Bank Indonesia menargetkan, pada 2024 kisaran inflasi akan berada di rentang ​​2,5±1%​.

Mengacu itu, maka ORI024 memberikan real interest rate di kisaran 2,5%-3,55% gross. Masih lebih tinggi dibandingkan bunga deposito. Hanya saja, deposito memiliki penjaminan dari Lembaga Penjamin Simpanan.

Sementara ORI adalah produk investasi yang tidak dijamin bila terjadi guncangan pasar. Namun, sebagai instrumen yang diterbitkan oleh pemerintah, selama keuangan negara masih aman, risiko gagal bayar ORI terbilang sangat kecil.

Namun, bila bunga acuan kelak kembali naik, tidak tertutup kemungkinan tawaran bunga deposito bank kembali naik dan membuat tingkat kupon ORI menjadi kurang menarik.

Pilihan investasi

Berinvestasi di ORI bisa ditempuh dalam dua cara, yaitu memegang sampai jatuh tempo (hold to maturity) atau buyback alias jual di pasar sekunder setelah masa holding period berakhir yakni setelah 16 Desember nanti. 

Bila seorang investor memilih memegangnya sampai jatuh tempo, maka ia akan menikmati pendapatan tetap setiap bulan, yang akan diberikan setiap tanggal 15 hingga tanggal jatuh tempo.

Misalnya, seorang investor menempatkan Rp100 juta di ORI024-T3, maka setiap bulan ia akan menerima pendapatan kupon per bulan sekitar Rp508.300 dengan kupon perdana Rp623.100. Sehingga, total pendapatan kupon yang dikantongi adalah Rp16,11 juta bila hold to maturity dan harga obligasi par value alias 100.

Sementara, bila seorang investor melepas ORI024 ketika harganya di pasar sekunder tengah naik, ia berpeluang mengantongi capital gain juga selain pendapatan kupon selama masih memegangnya. Begitu juga sebaliknya, bila instrumen dijual di kala harganya turun di pasar sekunder, maka si pemodal akan menanggung capital loss. 

Menilik profilnya, instrumen investasi seperti ORI024 cocok bagi pemodal pemula dengan modal terbatas, karena ia bisa dipesan dengan modal mulai Rp1 juta. Selain itu, dengan risiko yang relatif kecil, ia cocok untuk investor bertipe konservatif untuk mendukung tujuan keuangan jangka pendek dan menengah di bawah 6 tahun.

Pada rilis ORI seri sebelumnya yaitu ORI023, yang juga ditawarkan dalam dua tenor pada pertengahan Juli lalu, pemerintah berhasil menarik dana pemodal sekitar Rp28,9 triliun, rekor tertinggi emisi SBN ritel tahun ini.

(rui)

No more pages