Sebelum akhir pekan lalu, Arab Saudi telah mendekati kesepakatan dengan Israel yang dapat meningkatkan stabilitas di kawasan tersebut yang ditengahi AS , tetapi belum membuahkan hasil.
Banyak pertimbangan geopolitik akan bergantung pada seberapa jauh Israel membalas serangan Hamas - terutama yang berkaitan dengan Iran. Untuk saat ini, berikut lima pertimbangan paling mendesak bagi para trader minyak:
1. Penegakan Sanksi AS
Ada kepercayaan yang dipegang luas di pasar minyak bahwa AS telah menutup mata terhadap sanksi atas aliran minyak Iran, yang memungkinkan pengiriman melonjak dalam beberapa bulan terakhir.
Itu telah membantu menekan harga minyak di pasar yang telah mengalami kerugian pasokan yang besar dari Saudi, Rusia, dan OPEC+ lainnya.
Ada kemungkinan AS bisa membidik perdagangan ini. Iran saat ini menjual sebagian besar ekspor minyak mentahnya ke China, mengirimkan 1,5 juta barel per hari - atau yang terbanyak dalam satu dekade - pada bulan Agustus, menurut perusahaan intelijen data Kpler.
Sulit untuk memastikan seberapa besar kontrol yang sebenarnya dapat dilakukan AS. Sejak sanksi Iran diterapkan kembali pada 2018, penjualan kepada China semakin banyak dilakukan dalam yuan, atau melalui perdagangan barter, dan dieksekusi oleh bank-bank lokal untuk menghindari sanksi barat.
Minyak diangkut dengan tanker Iran sendiri atau yang disebut kapal armada gelap, menggunakan rantai pasokan yang tidak dapat dengan mudah dikendalikan oleh otoritas AS.
2. Gangguan di Selat Hormuz
Selat Hormuz menghubungkan negara-negara penghasil minyak di Teluk Persia ke kilang-kilang di seluruh dunia.
Ini adalah titik transit untuk satu dari setiap enam barel yang dikonsumsi dunia, dan hamparan perairan yang diklaim Iran sebagai kekuasaannya. Ini sangat penting bagi pasar energi global.
Untuk saat ini, tidak ada tanda-tanda Iran bergerak untuk mengganggu pengiriman - sesuatu yang telah dilakukannya dalam beberapa waktu terakhir, seringkali dalam upaya pembalasan.
Hormuz tidak pernah benar-benar berhenti. Tidak dalam Perang Tanker 1984 di mana Iran dan Irak akan secara rutin menyerang kapal tanker minyak masing-masing, dan tidak dalam beberapa waktu terakhir ketika Iran meningkatkan penyitaan kapal.
Di luar selat, ada juga beberapa kasus dalam beberapa tahun terakhir di mana pengiriman minyak Iran sendiri dicegat dan diganggu oleh kekuatan barat - yang bakal menjadi sumber potensi gangguan lain dalam eskalasi.
3. Seberapa Luas Pembalasan Israel?
Hasil dari konflik untuk pasar minyak sangat bergantung pada apa yang Israel lakukan dalam beberapa hari, minggu, dan bulan mendatang untuk membalas serangan Hamas.
Analis RBC Capital Markets LLC termasuk Helima Croft dalam sebuah catatan mengatakan Iran adalah "kartu liar yang sangat besar" dan ia akan fokus pada seberapa kuat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyalahkan Iran yang diduga memfasilitasi serangan itu.
4. Cadangan Minyak AS
Jika konflik akhirnya meningkat menjadi sesuatu yang mempengaruhi pasokan minyak, atau mendorong harga minyak untuk jangka waktu yang lama, itu akan menjadi pembenaran bagi pemerintah AS untuk lebih lanjut menjual barel dari cadangan strategisnya.
Itu bisa memadamkan pergerakan harga minyak jangka pendek, tetapi itu akan tetap membuat AS perlu mengisi kembali stoknyanya di masa depan.
5. Sejarah sebagai Panduan
Terlepas dari semua risiko ini, ada kemungkinan bahwa perang ini pada akhirnya tidak akan berdampak apa-apa bagi pasar minyak.
Gejolak yang terjadi di wilayah ini dalam beberapa waktu terakhir belum menjadi katalisator bagi pergerakan struktural harga minyak yang lebih tinggi.
--Dengan asistensi Julian Lee dan Serene Cheong.
(bbn)