Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Wakil Gubernur the Fed Philip Jefferson pada Senin (9/10/2023) mengatakan dalam sebuah konferensi bahwa ia akan menyadari efek pengetatan dalam kondisi keuangan saat imbal hasil obligasi melonjak dalam menilai jalur kebijakan suku bunga.
Pernyataan ini serupa dengan beberapa pembuat kebijakan lainnya dalam beberapa hari terakhir.
Gagasan ini dilatarbelakangi oleh kondisi keuangan yang lebih ketat setelah lonjakan imbal hasil obligasi AS (US Treasury) baru-baru ini, yang dapat menggantikan kenaikan tambahan dalam suku bunga acuan mereka.
Sebelumnya, Gubernur The Fed Bank of Dallas Lorie Logan mengatakan kenaikan tajam belum lama pada obligasi jangka panjang AS mungkin berarti bank sentral tidak perlu mengetatkan suku bunga lagi.
Pada kesempatan berbeda, Andrew Brenner di NatAlliance Securities mengutarakan bahwa, “Skrip telah berubah,”
“Peluang untuk pengetatan lain telah turun secara dramatis sejak hari Jumat,” kata Andrew.
Di lain sisi, seiring meroketnya harga minyak mentah pasca Pemerintah Israel mendeklarasikan perang pasca serangan yang dilakukan oleh Hamas dari Jalur Gaza.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, konflik di Timur Tengah biasanya mendongkrak harga minyak mentah karena memperbesar risiko gangguan pasokan. Namun sejauh ini, konflik belum memperlihatkan dampak jelas terhadap pasokan minyak mentah.
“Di saat perang, secara historis mata uang USD dan emas diburu oleh investor karena dianggap memberi perlindungan dari volatilitas pasar,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Sementara dari sisi emiten dan perusahaan, musim Laporan Keuangan (Earnings Season) kuartal III-2023 di Amerika Serikat (AS) secara tidak resmi dimulai minggu ini. Investor fokus pada apa yang institusi keuangan besar di AS, yang menjadi cermin kondisi konsumen dan kesehatan ekonomi secara umum.
Investor mempunyai ekspektasi laba (Earnings) sektor finansial tumbuh 8,7% yoy pada kuartal III-2023. Kinerja sektor perbankan dapat memberi petunjuk mengenai bagaimana korporasi besar menyesuaikan diri dengan kondisi suku bunga tinggi.
Dari dalam negeri, Keyakinan dan optimisme konsumen Indonesia turun, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menjadi 121,7 pada September dari pencapaian 125,2 pada bulan sebelumnya, menunjukkan level terendah sejak Desember 2022, hampir semua sub-indeks menurun.
Survei Konsumen Bank Indonesia pada September 2023 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap kuat. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2023 yang terjaga dalam zona optimis (>100) pada level 121,7.
“Tetap kuatnya keyakinan konsumen pada September 2023 didorong oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tetap optimis. IKE tetap terjaga didukung oleh optimisme pada semua komponen pembentuknya, terutama Indeks Penghasilan Saat Ini. Sementara itu, IEK tetap kuat terutama ditopang oleh Indeks Ekspektasi Penghasilan," papar keterangan tertulis BI.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat tipis ke 6.891 namun pergerakannya belum mampu menembus MA-60.
“Pergerakan IHSG saat ini diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave c dari wave (ii), sehingga pergerakan IHSG masih rawan terkoreksi untuk menguji rentang area 6.747-6.820 sekaligus menguji MA-200,” papar Herditya dalam risetnya pada Selasa (10/10/2023).
Herditya juga memberikan catatan, apabila IHSG masih kuat bergerak di atas 6.840 sebagai support terdekatnya, maka IHSG berpeluang menguat untuk menguji 6.930-6.950.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut ADRO, ELSA, HRTA dan INCO.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi melanjutkan tren rebound ke kisaran 6.950 di Selasa (10/10/2023)
“IHSG berpeluang melanjutkan rebound ke kisaran 6.950, selama bertahan di atas critical level 6.900 di Selasa. Stochastic RSI dan MACD berpotensi membentuk golden cross memperkuat potensi rebound lanjutan tersebut,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan dapat mencermati peluang rebound lanjutan pada MEDC, UNTR, ADRO, MDKA, ANTM, AKRA, PGAS, ESSA dan BIPI.
“Akan tetapi, rebound Senin pada saham-saham tersebut belum didukung ekspansi volume. Oleh sebab itu, tetap waspadai potensi false signal (Jangan terlalu agresif),” pungkas tim Analis Phintraco Sekuritas.
(fad/wep)