Gesekan terbaru antara Israel dengan kelompok Hamas dari Palestina membuat investor cemas terhadap pasokan minyak. Maklum, hampir sepertiga pasokan minyak dunia datang dari kawasan Timur Tengah.
Mengutip catatan ANZ Holdings Co, konflik terkini di Israel belum mempengaruhi pasokan minyak. Namun ada risiko konflik meluas hingga melibatkan kekuatan-kekuatan besar seperti Amerika Serikat (AS) dan Iran.
“Sentimen kunci di pasar adalah apakah konflik bisa terisolasi atau meluas ke negara lain. Sampai saat ini, pasar mash berasumsi bahwa konflik masih terbatas dalam hal wilayah dan durasi. Namun ada kemungkinan terjadi volatilitas,” tulis catatan ANZ, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Sementara Morgan Stanley berpandangan dampak konflik terkini kemungkinan terbatas, karena belum melibatkan negara-negara produsen dan eksportir minyak utama. Namun, ini bisa berubah ketika konflik meluas ke negara-negara lain.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dalam perspektif harian (daily time frame), minyak sejatinya masih bearish. Untuk Brent, skor Relative Strength Index (RSI) ada di 44,63.
RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang di posisi bearish.
Oleh karena itu, risiko koreksi masih terbuka. Target koreksi atau support terdekat ada di US$ 86,13/barel. Jika tertembus, maka harga Brent bisa turun lagi menuju US$ 83,02/barel.
Sedangkan target kenaikan atau resisten terdekat ada di US$ 89,95/barel. Penembusan di titik ini bisa membawa harga Brent naik ke US$ 91,76/barel.
Untuk WTI, nilai RSI ada di 47,39. Seperti halnya Brent, WTI pun masih menghuni zona bearish.
Target koreksi terdekat ada di US$ 84,67/barel. Jika tertembus, maka ada kemungkinan harga WTI turun lagi menuju US$ 79,37/barel.
Sementara target kenaikan terdekat adalah US$ 86,81/barel. Jika tertembus, maka ada potensi naik lagi menuju US% 88,77/barel.
(aji)