Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga batu bara melesat pada perdagangan kemarin. Kenaikan harga minyak akibat konfik di Timur Tengah ikut mendongkrak harga si batu hitam.

Pada Senin (9/10/2023), harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 141,35/ton. Melonjak 2,06% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu.

Kenaikan ini akhirnya memutus rantai koreksi harga batu bara yang sebelumnya terjadi 5 hari beruntun. Selama 5 hari tersebut, harga jatuh 13,5%.

Harga komoditas energi memang sedang meninggi. Kemarin, harga minyak ditutup naik hingga lebih dari 4%.

Ketegangan terbaru antara Israel dan kelompok Hamas dari Palestina membuat investor cemas. Konflik ini memang patut dikhawatirkan karena korban jiwa sudah hampir menyentuh ribuan orang.

Ada pula kekhawatiran bahwa konflik akan meluas dan melibatkan negara-negara lain, seperti Iran, Arab Saudi, sampai Amerika Serikat (AS). Ketika Timur Tengah bergolak, maka akan sangat mempengaruhi pasokan minyak.

Andai pasokan minyak dunia seret gara-gara perang di Timur Tengah, tentu perlu dicari sumber energi primer alternatif untuk menggerakkan roda ekonomi. Batu bara adalah salah satunya. 

Analisis Teknikal

Secara teknikal dalam perspektif harian (daily time frame), batu bara sejatinya masih bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 21,69.

RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang di posisi bearish. Bahkan RSI di bawah 30 berarti aset tersebut sudah masuk kategori jenuh jual (oversold).

Oleh karena itu, peluang kenaikan harga batu bara menjadi terbuka karena ada faktor technical rebound. Target kenaikan atau resisten terdekat ada di US$ 149,85/ton. Jika tertembus, maka US$ 154,97/ton bisa menjadi resisten selanjutnya.

Resisten terjauh atau target paling optimistis ada di US$ 189,01/ton.

(aji)

No more pages