Kartika bahkan menyebut kemungkinan akan ada investor strategis yang menyerap saham BRIS yang masih dimiliki dua perbankan BUMN tersebut. “Siapa yang bisa gantikan dan berapa size-nya, itu terus akan diskusi dengan yang potensial,” ucap Kartika.
Henry sendiri menyambut baik jika wacana penambahan investor strategis di perusahaan yang ia pimpin. “Tentunya akan lebih bagus karena yang dicari itu kan investor yang punya kelebihan,” papar dia.
Kartika dalam sambutannya dalam Global Islamic Finance Summit 2023 mengatakan Bank Syariah Indonesia bisa tumbuh lebih besar. Bahkan bisa menjadi pemain di perbankan syariah dunia. Targetnya BRIS akan menjadi 10 besar bank syariah di dunia, dengan fokus pada pertumbuhan bisnis wholesale.
Apalagi pembiayaan syariah, lanjut Kartika, sangat cocok dengan model bisnis yang berorientasi jangka panjang. Bisnis infrastruktur, seperti jalan tol, sangat cocok mendapat pembiayaan berjangka panjang dari Bank Syariah Mandiri. “Dengan interest (imbal hasil) yang sudah terukur, sebenarnya syariahlah yang terbaik (melakukan pembiayaan),” terang dia.
Menengok sejarah, BRIS awalnya bernama Bank Jasa Arta. Berdiri April 1969. Lantas pada 2008 berubah nama menjadi Bank Syariah BRI, kemudian kembali berganti menjadi Bank BRISyariah. Pada Mei 2018 perseroan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menawarkan saham perdana 2,62 miliar lembar di harga Rp 510.
Pada 2021 terjadi penggabungan usaha (merger) antara BRI Syariah, dengan Bank Syariah Mandiri, dan Bank BNI Syariah, dan mendapat restu dari otoritas pasar modal di tahun yang sama. Peleburan bisnis bank-bank syariah milik BUMN menjadi dibawah entitas BRI Syariah. Tak lama kemudian kembali berganti nama kembali menjadi Bank Syariah Indonesia.
Di dua tahun usianya, Bank Syariah Mandiri mencatatkan pertumbuhan laba 40% menjadi Rp 4,26 triliun sampai dengan Desember 2022. Strategi bisnis perseroan adalah mengoptimalisasi potensi pengembangan Islamic Ecosystem dalam negeri. Sasaran BRIS adalah ziswaf, masjid, pendidikan, kesehatan dan industri manufaktur.
Dana Pihak Ketiga (DPK) BRIS juga tumbuh 12% menjadi Rp 261,4 triliun dengan laju pembiayaan mencapai 21,26% menjadi Rp 207 triliun di 2022. NPF Goss tercatat 2,42%. Porsi pembiayaan Bank Syariah Mandiri masih disokong oleh konsumer Rp 57 triliun, dan mikro Rp 18,7 triliun.
(wep/hps)