Logo Bloomberg Technoz

Hamas vs Israel Bisa Bikin BI Naikkan Bunga Acuan

Ruisa Khoiriyah
09 October 2023 10:50

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. (Betty Laura Zapata/Bloomberg)
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. (Betty Laura Zapata/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ketidakpastian global semakin memuncak. Kini, bukan hanya tekanan dari arah bunga acuan Amerika Serikat yang mengancam stabilitas pasar keuangan.

Perang yang pecah di Jalur Gaza menyusul aksi saling balas serangan antara Israel dan Hamas yang langsung melesatkan harga minyak dunia, juga menjadi risiko baru yang tidak bisa diabaikan. Posisi Indonesia sebagai negara net importir migas, kenaikan harga tentu akan membuat biaya impor membengkak.

Bagi rupiah, ini menjadi pukulan ganda yang akan semakin membebani pergerakannya ke depan. Membuka pekan ini, nilai tukar rupiah langsung dibuka melemah ke Rp15.660/US$ di kala yield Surat Utang Negara (SUN) masih bertengger tinggi di 6,95%.

Sementara yield US Treasury ditutup tinggi di 4,8% pasca rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) pekan lalu.

Analis mulai melihat Bank Indonesia akan mulai mempertimbangkan opsi menaikkan bunga acuan ke 6% pada sisa tahun ini bila depresiasi rupiah tidak terbendung menuju Rp16.000/US$ ditambah cadangan devisa ambrol sedikitnya US$ 8 miliar ke kisaran US$ 127 miliar dalam dua bulan ke depan.