Logo Bloomberg Technoz

Kemudian, STAR akan menggunakan dana tersebut untuk membayar sebagian utang kepada Bangkok Bank Public Company Limited serta memenuhi kewajiban pembayaran kepada Star Energy Oil and Gas Pte. Ltd. 

Jika dana yang diperoleh dari IPO tidak dipergunakan langsung oleh perseroan, maka dana akan ditempatkan dalam instrumen keuangan yang aman dan likuid. Sementara jika hasil perolehan dana IPO tidak mencukupi untuk memenuhi rencana tersebut, maka perseroan akan menyesuaikan jumlah pelunasan sebagian utang kepada Bangkok Bank, sesuai dengan kurs yang digunakan pada saat penyetoran modal kepada STAR.

Tak Kenal Istilah Premium

Seperti diketahui, BREN resmi melakukan pencatatan perdana saham (listing) hari ini, Senin (9/10/2023). Perusahaan sebelumnya menetapkan harga pelaksanaan initial public offering (IPO) di Rp780/saham, yang mana ini adalah batas atas rentang harga penawaran.

Harga BREN tergolong premium. Bukan hanya dari batas kanan penetapan harga saja, tapi juga dari nilai bukunya atau price to book value (PBV).

Usai IPO, saham beredar BREN menjadi sebanyak 134,27 miliar. Sedang nilai ekuitasnya mencapai US$474,29 juta atau setara sekitar Rp7,10 triliun. Dari sini bisa dihitung, nilai buku per saham BREN adalah sekitar 52,87 kali.

Kemudian, harga pelaksanaan ada di Rp780/saham. Artinya, PBV saham BREN sekitar 14,74 kali.

Valuasi itu tergolong mahal, terlebih jika disandingkan dengan saham sejenis di pasar sekunder seperti saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang memiliki PBV sekitar 2,1 kali. 

Di pasar sekunder atau pasar yang memperdagangkan saham usai masa penawaran awal (pasar primer), harga PGEO sudah naik sekitar 82,86% sejak listing 24 Februari lalu.

Jangankan dengan pemain domestik, valuasi saham BREN juga jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan pemain global. Energy Absolute memiliki PBV 4,6 kali, terbesar kedua setelah BREN. Secara rata-rata, PBV saham perusahaan geothermal dunia ada di level dua kali.

Meski begitu, mahalnya valuasi bukan berarti pembatas kenaikan harga saat 'dilempar' ke pasar sekunder. Prospek fundamental tetap menjadi penentu utama pergerakan saham.

Tim riset Samuel Sekuritas menjelaskan, didukung kapasitas operasionalnya yang besar, BREN memiliki kinerja keuangan yang stabil dan saat ini telah memegang beberapa kontrak penjualan jangka panjang. 

Ke depan, BREN akan menambahkan teknologi Binary di WKP Salak, yang akan memberikan kapasitas tambahan 15 MW di akhir tahun 2023, serta menambah kapasitas di dua wilayah kerja panas bumi (WKP) lainnya, yakni Wayang Windu Unit 3 dan Salak Unit 7. Selain itu, BREN juga sedang menjajaki pembukaan dua WKP baru di Hamiding, Maluku Utara dan Sekincau, Lampung.

(mfd/dhf)

No more pages