Seperti yang diwartakan Bloomberg News, dampak dari serangan dan ketidakstabilan tersebut bergema melalui pasar Timur Tengah pada Minggu, mengirim saham-saham turun dan pasar kemungkinan akan volatil di minggu ini.
Ketakutan yang terjadi membayangi sentimen bullish yang memicu reli tajam harga minyak dunia pada kuartal ketiga karena pasar yang ketat imbas pemotongan produksi minyak mentah yang dipimpin Saudi. Pagi ini, West Texas Intermediate (WTI) naik di atas US$86 per barel.
Dari pasar komoditas, investor memantau fluktuasi harga minyak karena akan mempunyai pengaruh besar pada bagaimana bank-bank sentral mengambil keputusan suku bunga.
Di lain sisi, tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, investor khawatir bahwa pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang terlalu panas dapat menambah tekanan ke atas pada inflasi. Itulah mengapa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuan ke level tertinggi sejak 2001, untuk secara sengaja memperlambat pasar tenaga kerja.
“Investor juga mencerna pernyataan Managing Director Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva bahwa bank-bank sentral di dunia dapat mengendalikan inflasi tanpa mendorong ekonomi global masuk ke dalam jurang resesi. Kristalina Georgieva juga memperingatkan prospek ekonomi masih tetap mengalami ketimpangan dan lebih lemah dari sebelum pandemi,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Lebih lanjut, IMF juga memprediksi inflasi di sejumlah negara akan tetap berada di atas target hingga tahun 2025 dan mendesak bank-bank sentral untuk menghindari melonggarkan kebijakan moneter terlalu cepat di tengah risiko kembali naiknya inflasi.
Selanjutnya, data lapangan kerja di AS meningkat secara tak terduga pada September, dengan laju pertumbuhan tertinggi sejak awal tahun. Hal ini menunjukkan pasar tenaga kerja yang kuat dan mendukung alasan The Fed untuk menaikkan suku bunga lagi.
Menurut laporan Bureau of Labor Statistics yang dirilis Jumat, lapangan kerja non pertanian (Non-Farm Payroll/NFP) meningkat sebesar 336.000 bulan lalu setelah revisi ke atas yang cukup besar dua bulan sebelumnya. Tingkat pengangguran tetap pada 3,8%, dan upah naik dengan laju yang moderat.
Dari regional, Bank Sentral India (Reserve Bank of India/RBI) mempertahankan suku bunga acuan Repurchase Rate di 6,5%, sesuai dengan ekspektasi pasar.
RBI juga menyuarakan nada yang keras (Hawkish) dengan mengatakan inflasi masih akan tetap tinggi dan akan mengambil langkah untuk menyerap kelebihan jumlah uang beredar di pasar untuk menjaga agar tekanan harga bisa dikendalikan.
Dari dalam negeri, Cadangan Devisa (CADEV) Indonesia sampai dengan September turun menjadi US$ 134,9 miliar, tersedot upaya Bank Sentral menstabilkan nilai tukar rupiah yang tertekan hingga 1,5% pada September.
Bank Indonesia melaporkan, posisi CADEV RI pada September menurun US$ 2,2 miliar dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang masih mencapai US$ 137,1 miliar.
Posisi CADEV September menjadi yang terendah sejak November tahun lalu. Pada November 2022, posisi cadev ada di level US$ 133,99 miliar.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG ditutup menguat 0,2% ke 6.888 disertai dengan munculnya volume pembelian, namun pergerakan IHSG masih tertahan oleh MA-60.
“Pergerakan IHSG saat ini diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave c dari wave (ii), sehingga pergerakan IHSG masih rawan terkoreksi untuk menguji rentang area 6.747-6.820 sekaligus menguji MA-200,” papar Herditya dalam risetnya pada Senin (9/10/2023).
Herditya juga memberikan catatan, apabila IHSG masih berada di atas 6.840 sebagai support terdekatnya, maka IHSG masih berpeluang melanjutkan penguatannya untuk menguji 6.930-6.950.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut,BBCA, BRPT, ESSA dan KLBF.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi bergerak konsolidasi di rentang 6.890 sampai 6.920 pada Senin (9/10).
“IHSG diperkirakan kembali konsolidasi di rentang 6.890 sampai 6.920 pada Senin (9/10). Hal ini didasari dari Stochastic RSI yang sudah berada di oversold area. Ditengah, penyempitan negative slope pada MACD,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan dapat mencermati saham-saham dengan peluang rebound dan rebound lanjutan seperti ADMR, INKP, TPIA, ACES, EMTK dan ULTJ pada Senin (9/10).
(fad)