Kemudian, harga pelaksanaan ada di Rp780/saham. Artinya, PBV saham BREN sekitar 14,74 kali.
Valuasi itu tergolong mahal, terlebih jika disandingkan dengan saham sejenis di pasar sekunder seperti saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang memiliki PBV sekitar 2,1 kali.
Di pasar sekunder atau pasar yang memperdagangkan saham usai masa penawaran awal (pasar primer), harga PGEO sudah naik sekitar 82,86% sejak listing 24 Februari lalu.
Jangankan dengan pemain domestik, valuasi saham BREN juga jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan pemain global. Energy Absolute memiliki PBV 4,6 kali, terbesar kedua setelah BREN. Secara rata-rata, PBV saham perusahaan geothermal dunia ada di level dua kali.
Meski begitu, mahalnya valuasi bukan berarti pembatas kenaikan harga saat 'dilempar' ke pasar sekunder. Prospek fundamental tetap menjadi penentu utama pergerakan saham.
Tim riset Samuel Sekuritas menjelaskan, didukung kapasitas operasionalnya yang besar, BREN memiliki kinerja keuangan yang stabil dan saat ini telah memegang beberapa kontrak penjualan jangka panjang.
Ke depan, BREN akan menambahkan teknologi Binary di WKP Salak, yang akan memberikan kapasitas tambahan 15 MW di akhir tahun 2023, serta menambah kapasitas di dua wilayah kerja panas bumi (WKP) lainnya, yakni Wayang Windu Unit 3 dan Salak Unit 7. Selain itu, BREN juga sedang menjajaki pembukaan dua WKP baru di Hamiding, Maluku Utara dan Sekincau, Lampung.
(dhf/ggq)