Kim menghabiskan sekitar satu minggu di Rusia bulan lalu untuk mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden Putin. Pemimpin Korea Utara menerima janji bantuan dalam membangun satelit dan menembakkannya dengan roket Rusia.
Tak lama setelah itu, Korut telah mengukuhkan kebijakan untuk secara eksponensial mengembangkan kekuatan nuklir ke dalam konstitusinya. Hal ini merupakan bentuk ketidakpatuhan terhadap permintaan Amerika Serikat (AS) untuk kembali melanjutkan perundingan yang terhenti, di mana Pyongyang dapat memperoleh bantuan ekonomi sebagai imbalan pelucutan senjata nuklir.
Presiden Kim Jong Un mengatakan dalam sidang Majelis Rakyat Tertinggi — yang merupakan lembaga legislatif — bahwa dia melakukan langkah ini untuk menangkal ancaman dari AS dan sekutunya, yang ingin menghentikan ambisi nuklir Pyongyang dan menghancurkan sistemnya.
"Kebijakan pembangunan kekuatan nuklir DPRK telah dijadikan permanen sebagai hukum dasar negara, yang tidak boleh dilanggar oleh siapa pun," ungkap Kim dalam pernyataan yang dilaporkan oleh Korean Central News Agency (KCNA), lembaga berita negara yang merujuk pada negara tersebut dengan nama resmi.
(bbn/ain)