Logo Bloomberg Technoz

India terdorong untuk mandiri di bidang energi yang didominasi oleh China selama ini, negara yang memiliki perbatasan dengan India itu. Bahkan ada sengketa perbatasan antara keduanya dan hal ini akan dapat meningkatkan saham lokal.

India menghabiskan US$20 miliar untuk impor mineral kritis setiap tahun, menurut Confederation of Indian Industry.

Namun, berapa lama kenaikan itu akan berlangsung masih harus dilihat. Reli serupa di Korea Selatan (Korsel), China, dan Australia telah mengakibatkan kerugian, paling tidak karena anjloknya harga mineral dari litium hingga nikel.

Kinerja saham-saham tambang di India (Sumber: Bloomberg)

Di India sendiri, ada keraguan atas kuantitas mineral yang dapat ditambang dari deposit yang baru ditemukan dan kualitas infrastruktur.

Mohsen Crofts, analis di Bloomberg Intelligence mengatakan, industri tambang India juga menghadapi persaingan dengan China, Korsel, dan Jepang, dan membutuhkan subsidi pemerintah untuk menjadi menguntungkan.

"Pertanyaan penting tentang cadangan ini adalah berapa nilai asetnya dan seberapa menguntungkan mereka untuk dieksploitasi."

Meski begitu, hal itu tidak menghalangi beberapa perusahaan untuk terus maju. Gujarat Mineral, mayoritas dimiliki oleh negara bagian Gujarat tempat Modi berasal, mengumumkan rencana untuk terjun ke penambangan dan pengolahan elemen tanah jarang.

Perusahaan ini juga ingin memproduksi kobalt bahan yang digunakan di sektor energi angin yang berasal dari tambang batubara.

Sementara itu, NMDC Ltd. sedang mencari deposit lithium di Australia, sementara usaha patungan tiga arah antara Hindustan Copper, National Aluminium Co. dan Mineral Exploration & Consultancy Ltd. dilaporkan akan bersaing untuk tambang serupa di Argentina.

Integrasi dalam proses transisi energi hijau telah membuat saham penambang tersebut mengungguli Indeks S&P BSE Sensex sebanyak lima kali lipat tahun ini.

--Dengan asistensi Ishika Mookerjee.

(bbn)

No more pages