Selcan Hacaoglu - Bloomberg News
Bloomberg, Turki melakukan serangan udara terhadap kelompok militan Kurdi yang didukung Amerika Serikat (AS) di Suriah utara, setelah AS menembak jatuh drone bersenjata mereka yang terbang terlalu dekat dengan pasukan darat AS.
Insiden penembakan itu langka di mana dua sekutu NATO terlibat dalam konflik terbuka satu sama lain.
Menurut Departemen Pertahanan AS atau Pentagon, jet tempur F-16 milik Turki menyerang sumur minyak, gudang, dan markas yang dioperasikan oleh pasukan Kurdi YPG di barat laut Suriah pada Kamis (05/10/2023).
Serangan itu terjadi setelah juru bicara Pentagon Brigjen Pat Ryder mengatakan jet tempur F-16 Amerika menembak jatuh drone Turki yang terbang hingga setengah kilometer dari pasukan AS di Suriah.
Ryder menambahkan tidak ada tanda-tanda drone itu berencana menyerang pasukan AS. Namun, penembakan itu menambah ketegangan AS-Turki yang telah dipanaskan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang menunda mengizinkan Swedia memasuki NATO, di tengah-tengah masalah lainnya juga.
AS hingga kini masih mendukung militan Kurdi yang menurut Turki terkait dengan teroris.

Serangan oleh jet tempur Turki ini terjadi beberapa jam setelah serangan drone serupa oleh Badan Intelijen Nasional negara itu di timur laut Suriah sebagai pembalasan atas serangan bunuh diri oleh militan Kurdi dari Suriah di ibu kota Turki akhir pekan lalu.
Serangan itu memicu ketegangan baru dengan Washington, yang mendukung pasukan Kurdi yang telah memainkan peran utama dalam upaya AS untuk mengalahkan ISIS.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mendesak deeskalasi di Suriah utara dalam panggilan telepon dengan mitranya dari Turki, kata Pentagon dalam sebuah pernyataan. Dia menegaskan komitmen untuk koordinasi yang erat antara sekutu untuk mencegah risiko terhadap pasukan AS yang berada di timur laut Suriah.
Turki telah lama meminta Washington untuk berhenti mempersenjatai dan melatih militan YPG sementara AS memperingatkan Turki soal serangan udara sepihak yang dapat mengancam personel AS.
Turki memandang YPG, yang barisannya diperkirakan mencakup puluhan ribu pejuang, sebagai ancaman keamanan karena hubungannya dengan PKK — kelompok yang mengupayakan wilayah otonom bagi Kurdi di Turki. PKK mengaku bertanggung jawab atas serangan bom di Ankara pada Minggu pekan lalu yang melukai dua polisi. Konflik yang lebih luas telah menewaskan puluhan ribu orang sejak 1984.
"Operasi udara ditujukan untuk menghilangkan ancaman teroris yang berasal dari Suriah utara," kata Kementerian Pertahanan Turki.
Kementerian mengatakan serangan udara itu menargetkan kota Tal Rifat di barat laut Suriah, dari mana pasukan Kurdi YPG telah melakukan serangan gerilya terhadap pasukan Turki.
(bbn)