“Industri lainnya koreksi juga. Jadi kalau nanti mereka bullish, harga logam juga akan bullish. Jadi yang bisa saya sampaikan, variabelnya tidak tunggal. Industri baterai hanya salah satu faktor penentu saja atau penambah dari pasar logam yang selama ini sudah ada,” tuturnya.
Kemerosotan harga logam di tingkat global belakangan ini ditengarai merupakan dampak dari kekhawatiran investor terhadap kelembaman industri properti China, serta tekanan inflasi yang dapat membuat kebijakan moneter global tetap ketat dalam rentang lebih lama.
Nikel, misalnya, diperdagangkan dengan penguatan tipis pada awal Oktober, kendati masih dalam tren negatif sepanjang kuartal I—III tahun ini. Awal pekan ini, harga nikel di London Metal Exchange (LME) ditutup di US$18.749/ton, naik 0,29% dari hari sebelumnya.
Namun, dalam sepekan terakhir, harga nikel masih turun 3,82% secara point to point (ptp). Selama sebulan terakhir, harga ambles 9,68%. Sepanjang kuartal III-2023, harga nikel merosot 8,88%.
Pada kuartal II, harga nikel jatuh 13,94% dan pada kuartal I harga ambruk 20,67%.Artinya sepanjang tahun ini, harga nikel selalu turun secara kuartalan.
Secara teknikal, nikel memang masih bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 34. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam tren lesu. Namun, RSI nikel sudah dekat dengan 30. Artinya, sedikit lagi sudah jenuh jual (oversold) sehingga potensi kenaikan harga menjadi terbuka.
Target kenaikan terdekat ada di US$20.459,14/ton. Jika tertembus, maka ada kemungkinan naik lagi menuju US$20.845,31/ton. Target paling optimistis atau resisten terjauh ada di US$23.390,2/ton.
Demikian halnya dengan harga tembaga yang jatuh pada perdagangan awal pekan, menandakan koreksi pertama setelah reli penguatan tiga hari beruntun pada perdagangan pekan lalu.
Pada Senin (2/10/2023), harga tembaga di LME ditutup di US$8.053/ton, anjlok 2,63% dari penutupan perdagangan akhir pekan lalu dan menjadi yang terendah sejak Maret.
Sebelumnya, harga tembaga sempat naik 3 hari beruntun pada 27—29 September. Dalam 3 hari tersebut, harga naik 2,22%.
Sepanjang September, harga tembaga turun 1,8%. Harga tembaga turun 2 bulan beruntun karena Agustus juga membukukan koreksi 4,63%. Sementara pada kuartal III-2023, tembaga terpangkas 0,54%, lebih baik dari kuartal sebelumnya yang ambruk 7,53%.
Secara teknikal, tembaga memang masih bearish. Terlihat dari RSI yang sebesar 37,69. Namun, ruang kenaikan harga tembaga pun masih terbuka.
Target kenaikan terdekat adalah US$8.382/ton. Penembusan di titik ini akan membawa harga naik lagi menuju US$8.362,42/ton. Target paling optimistis atau resisten terjauh adalah US$8.598,2/ton.
(wdh)