Pada 2022, ekonomi China tumbuh 3%. Jauh melambat dibandingkan pencapaian 2021 yang 8,1%.
Perlambatan ini juga mempengaruhi permintaan nikel di China. Mengutip laporan Research Report on China’s Nickel Ore and Concentrates Import 2023-2032, volume impor nikel China pada kuartal I-2022 adalah 28,465 juta ton. Turun 14,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Perlambatan ekonomi bukan hanya unik di China, tetapi diperkirakan terjadi di banyak negara. Tren suku bunga tinggi seiring kebijakan agresif bank sentral untuk meredam inflasi membuat ekspansi ekonomi menjadi terbatas.
“Pertumbuhan ekonomi global semakin melambat dari prakiraan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh fragmentasi politik dan ekonomi yang belum usai serta pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju. Koreksi pertumbuhan ekonomi yang cukup besar disertai dengan meningkatnya risiko resesi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Bank Indonesia (BI) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2023 menjadi 2,3% dari prakiraan sebelumnya sebesar 2,6%,” papar Perry Warjiyo, Gubernur BI, bulan lalu.
Penurunan harga juga dialami oleh komoditas litium. Harga litium hidroksida (battery grade) di pasar LME untuk pekan yang berakhir 9 Februari 2023 ada di US$ 76,5/kg. Turun 3,16% dari pekan sebelumnya.
Mengutip riset S&P Global Market Intelligence, prospek harga logam secara umum agak suram tahun ini. Perlambatan ekonomi global menjadi biang keladi.
“Harga logam menjalani reli pada akhir 2022, didorong oleh pencabutan kebijakan zero Covid di China, pelemahan dolar AS, dan perlambatan laju pengetatan moneter yang akan berdampak positif terhadap perekonomian dunia pada 2023. Namun sentimen itu dengan cepat mereda karena peningkatan kasus positif Covid-19 di China usai reopening dan Bank Sentral AS yang masih menaikkan suku bunga acuan. Kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global dan dampaknya terhadap permintaan membuat konsensus harga logam adalah turun untuk 2023,” papar riset S&P Global.
Di pasar LME, lanjut riset S&P, perdagangan masih relatif kurang semarak. S&P Global memperkirakan harga nikel pada 2023 akan turun 0,7%.
“Pasar masih akan mengalami surplus karena perlambatan ekonomi memukul permintaan nikel,” tulis riset S&P Global.
Sementara harga kobalt diperkirakan turun 2,1% tahun ini. Kelesuan ekonomi dan harga yang mahal akan menggerogoti penjualan kendaraan listrik di AS dan Eropa, sehingga ikut mempengaruhi permintaan kobalt.
(aji)