“Sementara itu, data ISM Non-Manufacturing Index turun ke level 53,6 di bulan September dari level tertinggi dalam enam bulan, 54,5 di bulan Agustus, dan sesuai dengan ekspektasi pasar. Ini menandakan ekspansi sektor Jasa (Services) selama sembilan bulan beruntun,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Data Factory Orders memperlihatkan pesanan baru atas barang-barang yang diproduksi di AS naik 1,2% mtm pada Agustus, lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang naik 0,2% mtm setelah penurunan 2,1%.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, klaim tunjangan bagi pengangguran di Amerika Serikat (AS) tetap berada pada tingkat yang rendah secara historis pekan lalu.
Menurut data Departemen Tenaga Kerja yang dirilis pada Kamis, klaim tunjangan pengangguran awal di AS sedikit naik menjadi 207.000 dalam pekan yang berakhir pada 30 September. Estimasi median dalam survei Bloomberg oleh para ekonom memperkirakan kenaikan menjadi 210.000.
Para investor tengah mengantisipasi laporan Non-Farm Payroll (NFP) pada Jumat yang diperkirakan menunjukkan pemberi kerja AS memperlambat perekrutan pada bulan September.
"Data NFP hari Jumat, dan angka inflasi minggu depan, akan menentukan apakah imbal hasil Treasury 10-tahun naik ke 5% atau turun ke 4,5%," kata Kenneth Broux, Ahli Strategi di Societe Generale di London.
Angka pekerjaan (NFP) yang lebih tinggi dari perkiraan dapat memicu "gelombang lain pembelian dolar dan penjualan obligasi," terang Kenneth.
Dari regional, investor mencerna rilis data inflasi Korea Selatan yang menguat 3,7% yoy pada September, lebih cepat dari kenaikan 3,4% you pada bulan sebelumnya dan jauh di atas ekspektasi pasar 3,4% yoy. Ini menandakan level tertinggi sejak bulan April, dipicu oleh lonjakan biaya layanan utilitas dan harga barang jadi.
Tren penguatan yang sama, inflasi Filipina naik 6,1% yoy pada September, tertinggi dalam empat bulan dan lebih tinggi dari kenaikan 5,3% you pada Agustus. Inflasi bahan makanan melonjak 10% untuk bulan lalu, menyusul kenaikan 8,2% pada bulan sebelumnya, dipicu oleh kenaikan harga beras.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG ditutup terkoreksi 0,2% ke 6.874 namun masih didominasi oleh volume penjualan, pergerakannya pun belum mampu bertahan di atas MA-60.
“Saat ini, posisi IHSG sedang berada pada bagian dari wave c dari wave (ii), sehingga pergerakan IHSG masih rawan terkoreksi untuk menguji rentang area 6.747-6.820 sekaligus menguji MA-200,” papar Herditya dalam risetnya pada Jumat (6/10/2023).
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, JSMR, PGEO, UNVR dan WIIM.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi melanjutkan tren fluktuatif di kisaran pivot 6.850.
“IHSG diperkirakan kembali fluktuatif di kisaran pivot 6.850 di Jumat (6/10). Kondisi ini didasari oleh terbentuknya pola inverted dragonfly doji di Kamis (5/10) yang mengindikasikan tekanan jual masih cukup besar pada IHSG,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan saham-saham AKRA, ERAA, SIDO, UNVR, MYOR, serta potensi rebound lanjutan pada JSMR dan GGRM.
(fad)