Para trader di bursa Asia mengantisipasi laporan penggajian non-pertanian (nonfarm payroll/NFP) hari Jumat diperkirakan menunjukkan pemberi kerja AS memperlambat perekrutan pada bulan September. Data ketenagakerjaan terpisah minggu ini memberikan narasi yang berbeda: angka pembukaan pekerjaan JOLTS melampaui perkiraan untuk Agustus, sementara data ketenagakerjaan swasta dari ADP lebih lemah dari perkiraan. Klaim pengangguran juga tetap pada tingkat terendah dalam sejarah.
"Data NFP hari Jumat, dan angka inflasi minggu depan, akan menentukan apakah imbal hasil Treasury 10-tahun naik ke 5% atau turun ke 4,5%," kata Kenneth Broux, ahli strategi di Societe Generale di London. Angka pekerjaan yang lebih tinggi dari perkiraan dapat memicu "gelombang lain pembelian dolar dan penjualan obligasi," katanya.
Sentimen bursa Asia lainnya adalah pernyataan Gubernur Fed San Francisco Mary Daly, yang tidak memiliki hak suara di komite penetapan suku bunga Fed tahun ini, mengatakan bank sentral dapat menahan suku bunga jika inflasi dan pasar kerja mendingin.
Dana Moneter Internasional (IMF) melihat peluang lebih besar bagi ekonomi global untuk menghindari resesi, demikian dikatakan Direktur Pelaksana Kristalina Georgieva. Namun. IMF tersebut memperingatkan bahwa pertumbuhan tetap tidak merata dan lebih lemah daripada sebelum pandemi.
Adapun Reserve Bank of India diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada Jumat, yang akan menjadi sentimen bursa Asia. Data pengeluaran rumah tangga di Jepang juga akan dirilis.
Di pasar komoditas, harga minyak turun pada Kamis karena kekhawatiran perlambatan pertumbuhan global yang akan memukul permintaan. Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan penurunan tersebut akan cepat berlalu. Emas cenderung stabil setelah penurunan, sementara bitcoin diperdagangkan di sekitar US$27.500.
(bbn)