Hasil perolehan IPO dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan bisnis HILL dan menjadikannya sebagai holding dan konsultasi manajemen serta jasa pertambangan dan jasa konstruksi terbaik. Fokus perseroan adalah bisnis kontraktor pertambangan batu bara dan mineral, kontraktor sipil, pekerjaan tanah, konstruksi daerah sungai, dan bendungan.
Dana IPO sebesar Rp 304 miliar atau 55% akan digunakan sebagai modal kerja PT Hillconjaya Sakti, khususnya sebagai biaya produksi penambangan seperti bahan bakar, biaya overhead, dan pemeliharaan seluruh alat-alat berat. Sisanya Rp 248 miliar sebagai belanja modal khususnya pembelian alat-alat untuk mendukung kegiatan operasional HS di sektor nikel.
Laba bersih HILL tercatat Rp 205,11 miliar hingga kuartal III-2022 atau turun dibandingkan periode sebelumnya Rp 250,67 miliar. Pendapatan perseroan mengalami kenaikan dari Rp 1,28 triliun di September 2021 menjadi Rp 2,17 triliun di September 2022. Aset perseroan pada kuartal III-2022 mencapai total Rp 3,09 triliun dengan liabilitas Rp 2,23 triliun. Sisanya berupa ekuitas sebanyak Rp 860 miliar.
Rasio keuangan perseroan atas liabilitas dibandingkan dengan aset berada tingkat 0,72 x, dengan Return on Asset (RoA) dan Return on Equity (RoE) masing-masing sebesar 11,22% dan 40,3%.
Perseroan meyakini perkembangan sektor komoditas akan mendorong pertumbuhan bisnis mereka. Dimana catatan Kementerian ESDM sebut Indonesia memiliki sumber daya batubara 91,6 miliar ton, dengan total cadangan batubara sekitar 31,7 miliar ton. “Prospek sektor pertambangan dan konstruksi sipil di Indonesia masih banyak ruang untuk berkembang dan banyak pasar atau sumber daya manusia dan alam yang memiliki potensi tinggi,” tulis HILL dalam prospektusnya.
Pemulihan ekonomi China sebagai pasar utama batubara dan potensi kenaikan permintaan dunia akibat siklus musim, menjadi potensi sendiri untuk Indonesia. Apalagi Australia tengah menurunkan pasokan batubara di tengah hubungan dengan China yang memanas. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) percaya sektor pertambangan batubara bisa bertahan dan berkembang.
Hal-hal tersebut tentu berdampak positif bagi sektor penyedia jasa pertambangan akan tumbuh pesat dalam 10 tahun kedepan, selain masih ada katalis positif lain seperti PLN yang berencana menaikkan kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik di Indonesia menjadi 153 juta ton pada 2030.
Komoditas nikel yang diproyeksi positif juga berefek pada bidang penyediaan jasa pertambangan. Pasar nikel naik yang didorong oleh produksi baja nirkarat yang menggunakan nikel sebagai salah satu bahan produksi. Terdapat proyeksi kenaikan produksi baja nirkarat global 3% menjadi 58 juta ton di 2022, menurut laporan MEPS International Ltd.
“Di Indonesia sendiri, per akhir kuartal ketiga tahun 2021, Indonesia berhasil melewati India untuk menjadi negara penghasil baja nirkarat kedua terbesar. Sumber daya nikel yang melimpah di Indonesia diperkirakan akan meningkatkan produksi baja nirkarat lebih dari 6% pada tahun 2022,” ungkap perseroan dalam prospek usaha mereka.
(wep/hps)