Bursa Efek Indonesia (BEI) pun menyoroti pergerakan itu. Melalui surat permintaan penjelasan atas volatilitas transaksi efek, dikutip Minggu (1/110/2023), BEI meminta konfirmasi META terkait dengan adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal, hingga turut mempengaruhi gerak saham perusahaan.
"Perseroan mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.04/2015 (POJK 31/2015) Tentang Keterbukaan Informasi atau Fakta Material oleh Emiten atau Perusahaan Publik. Keterbukaan Informasi atau Fakta Material telah Perseroan sampaikan kepada publik sesuai dengan POJK 31/2015," jawab Corporate Secretary META Dahlia Evawani dalam surat balasan ke BEI.
Manajemen memberikan jawaban serupa ketika ditanya soal unsur pemenuhan keterbukaan informasi berdasarkan peraturan di BEI. Namun, perusahaan belum bersedia memberikan detil informasi material yang dimaksud.
Manuver Anthoni Salim
Sejauh ini, kabar terbaru dari META adalah soal pembentukan perusahaan patungan joint venture (JV) bersama PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT Acset Indonusa Tbk (ACST).
JV tersebut bernama PT Jakarta Metro Ekspressway (JKTMetro) yang akan menggarap Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) Cikunir-Ulujami Elevated sepanjang 21,5 kilometer (km). Nilai investasi proyek ini mencapai Rp21,26 triliun.
MMN menguasai sebanyak 85% saham Jakarta Metro Ekspressway. ADHI dan ACST masing-masing memiliki 10% dan 5% saham.
Anthoni Salim bukan pertama kalinya membuat kejutan. Akhir 2022, META melalui anak usahanya, PT Margautama Nusantara (MUN) resmi membeli 40% saham Mohamed Bin Zayed (MBZ) dari PT Jasa Marga Tbk (JSMR). Nilai transaksinya kala itu mencapai Rp4,38 triliun.
Manuver yang dilakukan Anthoni Salim cukup mengejutkan. Pasalnya, Tol MBZ sebelumnya didorong untuk dijual ke investor Arab. Alih-alih terealisasi, justru konglomerat pemilik Grup Indofood itu yang mengakuisisi Tol MBZ.
Jejak Anthoni Salim
Akuisisi Tol MBZ diawali dengan penandatanganan sale purchase agreement (SPA) oleh Metro Pacific Tollways Corporation (MPTC) bersama JSMR pada 30 Juni 2022. Dalam penandatanganan itu juga disepakati mekanisme pembayaran secara bertahap.
Pertama, senilai Rp 15 miliar dilakukan saat SPA. Kemudian, pembayaran secara tunai senilai Rp 791 miliar dilakukan saat penyelesaian transaksi. Sementara yang sebesar Rp 3,22 triliun juga dibayarkan saat penyelesaian transaksi, namun dalam bentuk promissory note yang diterbitkan MPTC untuk pemilik konsesi MBZ.
MPTC kemungkinan masih mengeluarkan biaya tambahan sekitar Rp 359 miliar. Biaya ini dikeluarkan jika pemerintah melalui Kementerian PUPR menyetujui kenaikan tarif tol.
Berdasarkan penelusuran Bloomberg Technoz, MPTC memiliki portofolio saham di META. Portofolio ini berupa kepemilikan 74,65% saham melalui Metro Pacific Tollways Indonesia.
MPTC sendiri merupakan anak usaha Metro Pacific Investments Corporation (MPIC). Sementara, salah satu pemegang saham MPIC adalah First Pacific Company Limited, perusahaan di Hong Kong yang 44,3% sahamnya dimiliki oleh Anthoni Salim.
(mfd/dhf)