Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Inflasi beras di Indonesia melambung tinggi dalam hampir 10 tahun. Hal yang sama rupanya juga terjadi di Filipina.

Sebelumnya Amalia Adininggar Widyasanti, Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Senin (2/10/2023) mengatakan dampak El Nino menjadi salah satu alasan harga gabah mengalami kenaikan.

"Sejalan dengan pasokan padi yang turun akibat penurunan luas panen juga dampak El Nino, harga gabah mengalami kenaikan," kata Amalia.

Rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani naik 11,69% pada September dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Dibandingkan dengan September tahun lalu (year-on-year/yoy), harga melesat 26,7%.

Sedangkan harga Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat petani naik 9,26% mtm dan 27,31% yoy.

Di tingkat grosir dan eceran, harga yang dibayar untuk membeli beras jadi makin mahal. Di level grosir, harga beras naik 6,29% mtm dan 21,02% yoy.

Sementara di level eceran, harga beras naik 5,61% mtm dan 18,44% yoy.

Sementara itu yang terjadi di Filipina, inflasi beras meningkat ke level 17,9% year-on-year (yoy) pada bulan lalu, dari 8,7% pada bulan Agustus. Angka inflasi tersebut merupakan yang tertinggi dalam hampir 14 tahun.

Kenaikan tersebut merupakan dampak dari pembatasan harga yang ditetapkan oleh Presiden Ferdinand Marcos Jr. akibat  adanya gangguan pasokan dan dugaan penimbunan beras di dalam negeri.

Marcos, yang juga menjabat sebagai Menteri Pertanian, mencabut pembatasan harga pada hari Rabu. Dia mengatakan harga beras sedang menurun seiring dimulainya musim panen dan prospek global yang membaik.

Pemerintahnya berencana mempertahankan tarif impor beras yang lebih rendah hingga tahun depan untuk mengendalikan kenaikan harga dan memastikan pasokan yang cukup.

(bbn)

No more pages