Serum merupakan bisnis yang dimilik oleh keluarga yang merupakan cabang dari pertenakan kuda pacuan, telah berkembang pesat dengan menyasar penyakit-penyakit terabaikan yang menjangkit tempat-tempat termiskin di dunia.
Setelah vaksin Covid-19 dan rencana vaksin TDAP untuk anak-anak yang menargetkan sejumlah penyakit seperti batuk rejan. Perusahaan ini juga ingin berekspansi ke pasar yang lebih kompetitif dan berpotensi lebih menguntungkan.
"Kami memiliki satu atau dua vaksin seperti kombinasi TDAP menuju Eropa dan AS dalam dua tahun mendatang," katanya.
Serum yang merupakan perusahaan terbesar India yang tidak terdaftar, sudah menyuplai vaksin ke 170 negara, termasuk vaksin Covid yang dijual di Eropa dan AS.
Poonawalla mengatakan, pejabat perusahaan sempat bermain-main dengan gagasan menjadi perusahaan terbuka selama pandemi. Namun dibutuhkan $2 miliar untuk meningkatkan produksi menjadi 4 miliar dosis per tahun membuat rencana menjadi perusahaan terbuka belum bisa terealisasi.
Perusahaan mendanai ekspansi produksi vaksin Covid-19 pada 2020 dengan menerima uang muka termasuk dari pemerintah India dan filantropis seperti Bill Gates.
"Menjadi perusahaan terbuka 'menghambat pengambilan keputusan Anda,'" kata Poonawalla
"Saya mungkin akan dihukum karena menetapkan harga $3 per suntikan sebagai CEO di mana jelas ada kesempatan untuk menetapkan harga yang lebih tinggi."
Proses tersebut memang menandai beberapa kemunduran. Serum kesulitan memenuhi permintaan dan kewajibannya ketika pandemi melanda dan kebakaran pabrik mengurangi produksi. Pada April 2021, pemerintah India melarang ekspor vaksin Covid untuk memberikan prioritas kepada penduduk lokal. Larangan itu tidak dicabut hingga November 2021.
“Perusahaan dapat mengubah pendekatannya dengan mengambil utang atau menambah mitra jika diperlukan ekspansi lebih lanjut yang tidak dapat dibiayai secara internal,” kata Poonawalla.
Pengendalian biaya
Saat ini, Serum mengeluarkan $150 juta hingga $250 juta setiap tahun untuk meningkatkan produksi dan melakukan penelitian, dari pendapatannya yang mencapai $850 juta hingga $900 juta per tahun. Biaya untuk mengembangkan vaksin baru mencapai $50 juta hingga $100 juta selama beberapa tahun, dengan biaya mencapai lebih dari $200 juta ketika uji klinis dan manufaktur termasuk di dalamnya.
Pendekatan yang konservatif secara fiskal memberikan kemampuan kepada Serum untuk menentukan jalannya sendiri. Kondisi ini juga membantunya mengeluarkan vaksin meningitis dan human papillomavirus untuk negara-negara miskin. Hal ii juga memungkinkan keluarga Poonawalla mengumpulkan kekayaan. Sang ayah, Cyrus, memiliki kekayaan sekitar $19,2 miliar, menurut daftar orang kaya versi Bloomberg.
Namun biaya tinggi adalah salah satu alasan mengapa perusahaan tidak berencana untuk memperluas produksi di Afrika, di mana para pemimpin meminta pembangunan pabrik vaksin di benua tersebut, katanya. Selain dari fasilitas di Belanda, semua manufaktur kemungkinan besar akan tetap di India di mana ekonomi skala membantu menekan biaya, katanya.
"Jika Anda mulai membuat produk di Afrika, harga akan naik dan kami tidak ingin itu terjadi," katanya.
"Kami ingin menjaga harga seterjangkau mungkin agar akses semaksimal mungkin."
Perusahaan sedang menguji kemungkinan memperbolehkan sebagian vaksinnya diproduksi melalui perjanjian lisensi, terutama dengan Aspen Pharmacare Holdings Ltd. di Afrika Selatan.
Pelajaran yang dilupakan
Menurut Poonawalla, ekspansi produksi vaksin yang diperlukan oleh Covid telah lebih memposisikan dunia untuk menghadapi pandemi berikutnya, setidaknya dari perspektif sektor swasta. Kapasitas diagnostik dan pengujian juga berada pada pijakan yang lebih kokoh.
"Sektor swasta akan selalu bangkit menghadapi situasi, baik karena itu peluang bisnis yang baik atau itu sesuatu yang strategis yang ingin mereka lakukan," katanya.
Yang membuatnya khawatir adalah lambannya persetujuan produk baru dan keengganan pemerintah untuk bekerja sama.
"Sayangnya, kita belum banyak membuat kemajuan," katanya.
"Setelah pandemi mereda, semua orang kembali ke berbagai masalah mereka dan agak kehilangan fokus pada persiapan masa depan."
--Dengan asistensi dari Bhuma Shrivastava.
(bbn)