Selama pandemi, berkumpul dalam jumlah besar dilarang. Kerumunan di malam Halloween belakangan ini menjadi lebih kecil dan lebih tenang dibandingkan pada 2019. Kala itu, sebanyak 40.000 orang hadir dan beberapa ditangkap karena membalikkan kendaraan.
Kekhawatiran tentang keselamatan saat terjadi kerumunan sangat tinggi tahun ini, karena Halloween tahun ini merupakan yang pertama sejak Jepang mencabut pembatasan Covid-19 sepenuhnya. Kembalinya wisatawan asing juga memicu kekhawatiran atas apa yang dianggap sebagai 'overtourism' atau jumlah wisatawan yang terlalu tinggi. Menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang, sekitar 2,2 juta orang berkunjung ke Jepang pada Agustus. Angka tersebut mendekati tingkat sebelum pandemi.
Hasebe mengatakan dia khawatir bisa terjadi kerumunan sekitar 50.000 hingga 60.000 orang atau lebih jika tidak ada tindakan yang diambil.
"Jika tidak ada tindakan yang diambil, kerumunannya akan jauh lebih besar dibandingkan tahun lalu. Dan kami khawatir hal ini bisa menyebabkan peningkatan tajam dalam kecelakaan dan insiden terkait kepadatan," katanya.
Para pejabat Jepang juga dalam kewaspadaan tinggi setelah kerumunan pada Halloween tahun lalu di distrik Itaewon, Seoul menyebabkan lebih dari 150 orang tewas. Menyadari bahwa beberapa wisatawan dan anak-anak muda mungkin tidak akan mendengarkan permintaan untuk menghindari kawasan tersebut, Shibuya akan mengerahkan 300 penjaga keamanan, meningkat 50% dari tahun sebelumnya.
Selain itu, akan ada sekitar 150 pejabat kota yang akan memperingatkan warga untuk tidak minum atau merokok di jalan. Namun, Hasebe mengatakan pada dasarnya warga tidak bisa ditangkap karena minum atau merokok di jalan berdasarkan hukum. Akan tetapi mereka bisa ditangkap karena melakukan perilaku buruk seperti memulai perkelahian.
Kerona Slater, seorang guru sekolah berusia 34 tahun yang pindah ke Jepang dari Jamaika pada tahun 2015, berencana pergi bersama teman-temannya dengan kostum Little Red Riding Hood.
"Menurut saya, banyak dari kami akan menjadi lebih berhati-hati. Tetapi saya pikir banyak orang yang masih akan pergi," katanya. "Terutama kalangan generasi muda, mereka akan pergi. Dan orang asing, kami cenderung tidak pasif atau tunduk seperti orang Jepang. Jadi saya pikir banyak orang asing juga akan pergi."
Hasebe mengakui bahwa hanya ada peluang "50-50" agar langkah-langkah tersebut berhasil. Tetapi dia berharap dengan menyampaikan pesan ini secara dini, dia bisa membujuk orang asing untuk tidak datang ke Shibuya guna merayakan Halloween.
"Kami berharap ini berjalan baik, tetapi kita belum tahu. Dan itulah mengapa saya merasa cemas," katanya.
(bbn)