Logo Bloomberg Technoz

Keesokan hari, atau Jumat malam waktu Indonesia, Amerika akan merilis data non-farm payrolls, lalu tingkat pengangguran dan tingkat partisipasi angkatan kerja pada September. 

Apabila data-data terkait situasi ketenagakerjaan di Negeri Paman Sam itu sesuai ekspektasi pasar dan tidak memberikan kejutan yang memberi lebih banyak alasan bagi kelanjutan stance hawkish Federal Reserve, rebound hari ini bisa berlanjut. 

Sebaliknya, bila terjadi kejutan yang menebalkan gambaran bahwa kondisi pasar tenaga kerja di negeri itu masih ketat sehingga inflasi sulit ditekan lebih cepat, skenario kenaikan bunga acuan 25 bps di sisa tahun ini dan 'higher for longer' akan kembali kuat. Itu akan menjadi sentimen pemberat pasar dan gelombang jual seperti kemarin sangat mungkin terulang lagi.

Harga Minyak dan China

Peluang penguatan lebih lanjut bila data tenaga kerja Amerika Jumat nanti sesuai harapan akan semakin besar dengan kini reli harga minyak terhenti dan optimisme pasar melihat perbaikan ekonomi China, kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia.

Harga minyak dunia kemarin terperosok hampir 6% dalam sehari menyusul data terbaru konsumsi bensin di Amerika yang menunjukkan siklus permintaan jatuh ke titik terendah dalam 25 tahun terakhir. Data itu sedikit banyak memantik kekhawatiran bahwa tekanan pengetatan moneter oleh the Fed sejak 2022 lalu telah menciderai daya beli masyarakat di level yang bisa mengarah pada resesi.

Itu mungkin bisa mencegah bank sentral bertindak lebih jauh menaikkan bunga acuan.

Pandangan para ekonomo terhadap ekonomi China

Pada saat yang sama, sinyal perbaikan perekonomian China juga memberi harapan. Citigroup Inc. hari ini merilis proyeksi baru pertumbuhan ekonomi China yang diperkirakan bisa menyentuh 5%, naik dibanding proyeksi sebelumnya hanya 4,7%. 

Kenaikan proyeksi terhadap pertumbuhan China itu, kata Citigroup, didasarkan pada peluang perbaikan penjualan ritel dan produksi industri di Negeri Panda.

"Titik terendah siklus telah tiba, dengan semua mata tertuju pada apakah permintaan organik akan meningkat di tengah momentum kebijakan yang sedang berkembang," tulis para ekonom Citigroup yang dipimpin oleh Yu Xiangrong, seperti dilansir oleh Bloomberg News, Kamis (5/10/2023).

Hasil survei Bloomberg pada para ekonom menghasilkan prediksi pertumbuhan ekonomi China di angka median 5%, sesuai target resmi pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping itu. Data terbaru juga mengindikasikan beberapa sektor ekonomi seperti aktivitas pabrik mulai stabil. Meskipun masih ada kekhawatiran menyangkut permintaan domestik dan tekanan pasar lowongan kerja ditambah beban persoalan di sektor properti.

Intervensi BI

Bank Indonesia turun ke pasar dua hari terakhir menahan gempuran pada rupiah yang memuncak kemarin dengan kurs dolar AS semakin digdaya ke atas Rp15.600-an. 

Bank sentral turun ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) menahan gelombang jual sehingga kejatuhan harga obligasi bisa tertahan demi menjaga kepercayaan diri pasar.

Sampai pukul 10:53 WIB hari ini, yield INDOGB 10 tahun terlihat mulai naik lagi ke 7,05%, setelah berhasil ditutup di bawah 7% kemarin. Sementara tenor pendek 2 tahun dan 3 tahun terlihat naik lagi harganya, dengan penurunan yield masing-masing 5,3 bps dan 1,4 bps. 

Analis DBS menyebut, BI kemungkinan akan sering melalukan intervensi di pasar obligasi untuk menahan risiko arus keluar modal asing dalam jumlah lebih besar.

"BI senang membiarkan yield [INDOGB] naik bulan lalu sehingga selisih imbal hasil dengan UST melebar. Akan tetapi, kebijakan itu mungkin akan berubah pekan ini dengan yield 10 tahun sudah di atas 7%. Kami menilai, BI kini lebih khawatir penurunan harga obligasi lebih lanjut akan menggoyahkan kepercayaan diri investor pada INDOGB yang bisa memicu lebih banyak lagi arus modal keluar. Jadi, kami memperkirakan BI akan lebih sering mengumumkan intervensi di pasar obligasi dan risiko atas INDOGB jadi terbatasi," jelas Duncan Tan, strategist DBS dalam catatan pada klien, seperti dikutip dari Bloomberg News.

(rui/aji)

No more pages