Padahal pada akhir Desember 2020, jaringan Kantor Bukopin masih mencapai 419 kantor. Dalam waktu 2,5 tahun, jumlah kantor telah menurun 55,85%. Tidak hanya kantor yang menyusut, jumlah anjungan tunai mandiri (ATM) terjun bebas dari 850 unit pada akhir 2020 menjadi 10 unit pada akhir Juni 2023. Jumlah ATM berkurang 99% hanya dalam 2,5 tahun.
Pengurangan kantor hingga cabang Bukopin berdampak terhadap jumlah pegawai dari Bank yang dahulu dikenal dengan nama Bank Umum Koperasi Indonesia ini. Jumlah karyawan pada akhir 2020 masih tercatat 5.009 orang, kemudian turun 40,17% hingga tersisa 2.997 orang pada akhir Juni 2023. Dalam 6 bulan pertama 2023, karyawan Bukopin telah berkurang 377 orang.
Meski telah mengurangi bisnisnya secara signifikan, namun Bukopin masih mencatatkan rugi yang cukup besar. Pada periode Semester I-2023, rugi bersih Bukopin tercatat Rp2,88 triliun, turun 13,23% dari rugi periode tahun sebelumnya yang tercatat Rp3,32 triliun.
Kerugian ini menaikan saldo rugi Bukopin menjadi Rp11,56 triliun pada akhir Juni 2023. Kerugian masih disebabkan oleh kerugian penurunan nilai aset keuangan senilai Rp3,24 triliun. Meski demikian pos beban ini turun 17% secara yoy.
Dari sisi pendapatan, Bukopin mencatatkan net interest income (NII) turun 49% secara yoy, dari Rp631,08 miliar pada semester I-2022 menjadi Rp319,82 miliar pada semester I-2023.
Penurunan NII disebabkan karena kenaikan beban bunga dan syariah melonjak 52,5% menjadi Rp2,08 triliun. Sementara itu pendapatan bunga dan syariah hanya naik 20,3% menjadi Rp2,4 triliun.
Bukopin juga mencatatkan penurunan portofolio kredit dan pembiayaan syariah sebesar 7,6%, dari Rp47,57 triliun pada Semester I-2022 menjadi Rp43,93 triliun pada Semester I-2023. Total aset Bukopin juga turun tipis 1,6% menjadi Rp87,51 triliun.
(mfd/roy)