Mengutip data Minerba One Data Indonesia (MODI) Ditjen Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), produksi emas hitam RI terus melonjak dalam tiga tahun terakhir.
Pada 2020, produksi nasional mencapai 565,69 juta ton dengan ekspor 331,94 juta ton. Pada 2021, produksi mencapai 606,28 juta ton dengan ekspor 322,07 juta ton. Pada 2022, produksi 685,82 juta ton dengan ekspor 344,95 juta ton.
Adapun, sepanjang tahun berjalan sampai dengan saat ini, produksi batu bara nasional sudah mencapai 565,41 juta ton dari target tahunan 625 juta ton, dengan ekspor 279,95 juta ton.
Untuk 2024, Kementerian ESDM menargetkan produksi batu bara nasional mencapai 628 juta ton, naik 3 juta ton dari target tahun ini.
Di sisi lain, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli justru memperkirakan permintaan dari China akan kembali melandai pada 2024, setelah mencapai puncaknya pada kuartal IV-2023.
“Harga batu bara memang berfluktuasi yang dipengaruhi oleh suplai dan permintaan. Akhir-akhir ini demand dari China naik lagi, terutama untuk persiapan musim dingin nanti, sehingga harga terkatrol sedikit. Kemungkinan anjlok lagi pada 2024 jika permintaannya stagnan,” kata Rizal.
Sekadar catatan, harga batu bara dalam 3 hari terakhir terpelanting hampir 10%. Per Rabu (4/10/2023), batu bara ICE Newcastle ditutup di US$144,65/ton, ambruk 3,34% secara harian sekaligus menjadi harga terendah sejak awal Agustus.
Selama 3 hari perdagangan terakhir, harga batu bara selalu amblas lebih dari 3%. Dalam 3 hari tersebut, harga terpangkas 9,65%.
“Harga batu bara termal masih tertekan dan melandai ke level seperti akhir 2021, sebelum perang Rusia-Ukraina. Penurunan harga ini kemudian meningkatkan kemampuan pembeli kecil untuk mengakses pasar spot batu bara,” sebut laporan S&P Global.
Secara teknikal dalam perspektif harian (daily time frame), batu bara memang sedang bearish. Ditunjukkan dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 26,49.
RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bearish. Bahkan, batu bara sudah tergolong jenuh jual (oversold) dengan RSI di bawah 30.
Walhasil, harga batu bara berpotensi mencetak technical rebound. Target kenaikan terdekat ada di US$154,/ton. Jika tertembus, maka harga bisa naik lagi ke arah US$157/ton.
(wdh)