Pemerintah juga perlu memastikan adanya peningkatan efisiensi dan daya saing intrinsik produk ekspor Indonesia, khususnya produk industri manufaktur. Tujuannya, agar produk tersebut tidak terpuruk lebih dalam.
"Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, selain memastikan adanya kredit ekspor dan usaha yang terjangkau, [pemerintah dapat] memfasilitasi adopsi teknologi industri 4.0, memastikan adanya stabilitas dan penguatan nilai tukar, reformasi struktura pada iklim usaha di sektor," tuturnya.
Selain itu, hal yang tak kalah penting adalah pembenahan rantai pasok industri terkait agar lebih terdiversifikasi. Caranya adalah dengan memaksimalkan pasokan dalam negeri yang sesuai dengan kebutuhan infustri terkait berorientasi ekspor.
"Melakukan simplifikasi prosedur dan ketentuan ekspor [juga perlu dilakukan]," pungkasnya.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan kinerja ekspor Indonesia melanjutkan perlambatan bulanannya pada Januari 2023 dengan hanya capaian senilai US$22,31 miliar atau menurun dari US$23,83 pada Desember 2022.
(rez/evs)