Terpisah, Direktur Utama Bulog, Budi Waseso mengatakan, saat ini 1,7 juta ton stok beras yang berasal dari impor telah diamankan, sementara 300 ribu ton masih dalam proses. Selain itu, penyerapan dalam negeri sebesar 870 ribu ton.
Berdasarkan angka tersebut, penyerapan dalam negeri memang lebih sedikit dibandingkan dengan impor beras untuk pengadaan CBP.
Pria yang akrab disapa Buwas itu mengakui, Bulog tidak menyerap gabah petani karena terdapat batasan harga karena harga gabah kering panen (GKP) telah melonjak pada level Rp7.400-Rp7.600/kg imbas produksi yang menurun.
“Kalau sekarang Bulog tidak menyerap gabah walaupun punya pabrik beras. Tapi kita utamakan satu, petani sekarang lagi menikmati harga gabah yang tinggi, ya biar, tak apa-aoa. Nah, nanti kita kendalikan supaya konsumen kita terlindungi juga ya makanya ada operasi pasar,” lanjutnya.
Guna mengantisipasi ketersediaan tahun depan, Buwas menyebut rencana impor beras akan dilakukan sesuai kebutuhan. Buwas tak ingin pihaknya bersikap 'bagaimana nanti'.
Berbagai penjajakan impor beras dari negara-negara lain pun dilakukan, termasuk India dan China.
“Penjajakan [impor beras dari berbagai] negara sudah. Seluruh negara yang sudah kita jajaki, termasuk India. Kemarin Pak Presiden juga sudah kerjasama dengan Presiden China dan China siap menyiapkan 1 juta ton untuk diekspor ke Indonesia,” ujar Buwas.
“Tapi kan bukan berarti langsung kita ambil, dilihat dulu kebutuhannya. Dalam hal ini China sudah menyiapkan. Jadi kalau emergency kita sudah bisa dapat dari China,” tutupnya.
(dov/ggq)