Dia pun berpendapat harga DMO senilai US$70/ton untuk sektor kelistrikan dan US$90/ton untuk industri semen dan pupuk sudah cukup berimbang.
“Apabila harga seaborne market nanti di angka US$117/ton, maka diskrepansinya tidak terlalu jauh seperti yang terjadi pada tahun sebelumnya yang mencapai level di atas US$300/ton. Pemerintah tidak perlu merevisi harga patokan di dalam negeri tersebut,” ujarnya, Rabu (4/10/2023).
Dia pun mengatakan pelaku industri pertambangan sudah menerima keputusan tersebut. “Pengusaha batu bara sudah sepakat akan mengikuti aturan pemerintah tersebut,” ujarnya.
Menteri ESDM Arifin Tasrif sebelumnya mengatakan serapan batu bara mengalami lonjakan signifikan untuk kebutuhan sektor pembangkit dan nonpembangkit dari 2015 hingga 2021, dengan pertumbuhan sebesar masing-masing 60% dan 52%.
Berdasarkan data Ditjen Minerba ESDM per Rabu (4/10/2023), realisasi produksi batu bara tahun ini telah menembus 564,46 juta ton, sedangkan penjualan atau ekspor mencapai 276.39 juta ton. Adapun, realisasi DMO batu bara baru mencapai 71,06 juta ton.
Sekadar catatan, harga batu bara turun lagi pada perdagangan kemarin. Bahkan, harga si batu hitam anjlok lebih dari 3% selama 2 hari beruntun. Pada Selasa (3/10/2023), harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 149,55/ton. Anjlok 3,14% dibandingkan hari sebelumnya.
Pada Senin (2/10/2023), harga komoditas ini jatuh 3,5%. Jadi dalam 2 hari, harga batu bara ambruk 6,52%.
Koreksi harga gas alam membuat harga batu bara turun. Saat harga gas lebih murah, maka insentif untuk kembali memakai batu bara menjadi berkurang.
Kemarin, harga gas TTF Belanda turun 5,97% ke EUR 36,99/MWh. Sementara harga gas di Inggris terpangkas 6,23% menjadi GBP 92,23/thm.
(wdh)