Di Bank Dunia, Malpass mendesak China untuk memberikan keringanan utang kepada negara-negara miskin. Malpass juga menyediakan pinjaman lebih dari US$ 150 miliar (Rp 2.279,1 triliun) untuk penanganan Covid-19, serangan Rusia ke Ukraina, hingga kenaikan harga pangan dan energi.
Tahun lalu, Malpass terjebak dalam kontroversi saat menyatakan dirinya menolak dampak perubahan iklim. Namun Malpass mengaku “tidak siap” saat menjawab pernyataan yang diajukan di sela pertemuan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) tersebut. Malpass kemudian memperluas misi Bank Dunia untuk kepentingan publik, termasuk perubahan iklim.
Pekan lalu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyerukan perubahan di Bank Dunia. Yellen meminta organisasi yang berkantor pusat di Washington DC itu untuk lebih agresif dalam penyaluran pinjaman dan bekerja lebih keras dalam memobilisasi potensi pendanaan dari swasta untuk mengatasi berbagai permasalahan seperti perubahan iklim dan pandemi.
“Ini akan menjadi kesempatan yang baik bagi Yellen untuk mengakselerasi visinya dalam perubahan Bank Dunia,” kata Mark Sobel, mantan pejabat Kementerian Keuangan AS yang juga menjadi perwakilan Negeri Paman Sam di Dana Moneter Internasional (IMF).
Secara tradisional, adalah AS yang menominasikan Presiden Bank Dunia sementara Eropa mendapat ‘jatah’ di IMF. Sejumlah nama yang muncul sebagai kandidat pengganti Malpass adalah Samantha Power (Kepala US Agency for International Developoment) dan Rajiv Shah (Presiden Rockefeller Foundation dan mantan ketua USAID).
“Selagi kita semua harus meningkatkan perjuangan melawan perubahan iklim, Bank Dunia selama kepemimpinan Presiden Malpass telah banyak melakukan perbaikan di bidang ini,” kata Yellen.
Yellen juga memuji dukungan Bank Dunia terhadap Ukraina, Afganistan, dan negara-negara miskin untuk mendapatkan keringanan utang.
Aktivis lingkungan mendesak pencopotan Malpass setelah pernyataannya soal perubahan iklim September lalu. Malpass dinilai tidak menunjukkan kepemimpinan dalam isu tersebut.
“Kami menyambut baik kepergian seorang yang terlambat dalam hal iklim dan pembangunan. Kita membutuhkan kepemimpinan Bank Dunia yang tegas untuk memberikan lebih banyak pendanaan perubahan iklim,” tegas Jake Schmidt, Senior Strategic Director di Natural Resources Defense Council.
Sebelumnya, Malpass sempat menghabiskan lebih dari 10 tahun sebagai ekonom di Bear Stearns Cos. Kemudian dirinya menjadi penasihat ekonomi Presiden Trump.
(bbn)