Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah hari ini masih akan bergerak di zona lemah meski kemarin berhasil ditutup menjauhi level lemah baru di Rp15.600-an setelah Bank Indonesia turun mengintervensi di pasar valas.

Dari kacamata teknikal, nilai rupiah yang kemarin ditutup di kisaran Rp15.580/US$, mengindikasikan valuta ini masih berada di zona pelemahan di atas titik Rp15.550/US$. Di mana selama titik itu tidak bisa ditembus, tekanan pelemahan secara teknikal masih ada.

Khusus hari ini rupiah berpotensi mengalami koreksi terbatas secara teknikal di area Rp15.595-Rp15.630/US$. Sementara trendline garis biru pada time frame daily menjadi resistance Rp15.540/US$.

Sedangkan target penguatan optimistis untuk penguatan rupiah ada di level Rp15.500/US$ di mana bila itu berhasil dijebol, maka dalam jangka pendek nilai rupiah berpeluang melanjutkan penguatan ke Rp15.452/US$. 

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Rabu 4 Oktober (Divisi Riset Bloomberg Technoz)

Aksi jual surat utang di pasar global masih terus berlanjut dengan tingkat imbal hasil US Treasury 10 tahun kini sudah berada di 4,81%, rekor baru tertinggi sejak 2007 atau 16 tahun silam. 

Pemodal memilih keluar dan menyerbu dolar Amerika sebagai safe haven di tengah turbulensi yang belum terlihat akan terjeda. Indeks dolar AS pagi ini terpantau masih melanjutkan penguatan tiga hari berturut-turut ke 107,08.

Dari dalam negeri, lelang Surat Utang Negara kemarin mencerminkan animo pemodal yang semakin susut dan menjadi pertanda kurang baik bagi pasar.

Analis memperkirakan yield SUN 10 tahun berpeluang terus melanjutkan kenaikan hingga menembus 7,5%.

"Dengan yield UST yang semakin tinggi, insentif untuk masuk ke aset dengan risiko seperti Indonesia menjadi semakin kecil. Bila bunga the Fed naik lagi dan pasar tenaga kerja Amerika tetap tangguh, perkiraan kami yield surat utang emerging market akan melejit naik di mana apabila FFR naik pada November, yield SUN 10 tahun akan bisa ke 7,5%," kata Brendan McKenna, emerging market strategist Wells Fargo di New York, seperti dilansir oleh Bloomberg News, Rabu (4/10/2023).

Bank Indonesia kemarin turun ke pasar melakukan intervensi jelang penutupan perdagangan Selasa, agar pelemahan rupiah tidak semakin liar. 

Edi Susianto, Direktur Eksekutif Bank Indonesia Bidang Pengelolaan Moneter menyatakan, bank sentral melihat tingkat imbal hasil surat utang negara sejauh ini masih terkendali.

Hari ini BI akan menggelar lelang Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang bisa menjadi pertaruhan apakah animo pemodal masih bertahan dengan memburu tenor pendek berimbal hasil tinggi di lelang.

(rui)

No more pages