Yield US Treasury Note bertenor 10 tahun lompat lebih dari 12 bps menjadi 4,69%, tertinggi sejak 2007 setelah tidak terjadinya penutupan (Shutdown) Pemerintah AS mengurangi permintaan atas US Treasuries.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, data ekonomi AS terkini kembali mendukung pandangan bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan tetap mempertahankan suku bunga di tingkat yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
“Data ISM Manufacturing Index naik ke level 49.0 di bulan September dari level 47,6 pada bulan sebelumnya dan jauh di atas ekspektasi pasar yang berada di level 47,8 serta merefleksikan laju kontraksi terkecil dalam 10 bulan terakhir,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Meskipun mengalami perbaikan, lanjut Philip Sekuritas, data ISM Manufacturing Index memperpanjang rangkaian kontraksi menjadi 12 bulan beruntun sebagai dampak dari kenaikan suku bunga secara agresif oleh Federal Reserve.
Sementara itu, pasar kontrak berjangka (Futures) melihat 26% peluang suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) dinaikkan di bulan November dan 45% probabilitas FFR dinaikkan di bulan Desember.
Komentar tegas (Hawkish) dari sejumlah pejabat tinggi Bank Sentral AS yang memperkuat pandangan bahwa suku bunga acuan di AS akan tetap tinggi dalam beberapa waktu ke depan untuk membawa inflasi kembali ke target 2%, juga menjadi sentimen negatif di pasar.
Hal senada juga datang dari regional, investor mencerna keputusan Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang mempertahankan suku bunga acuan Cash Rate di 4,10% selama empat bulan beruntun, sesuai dengan ekspektasi pasar.
Meskipun mengakui bahwa data ekonomi terkini sudah konsisten dengan penurunan tingkat inflasi ke kisaran target 2%-3% dalam beberapa periode ke depan, RBA memperingatkan bahwa pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mempercepat laju penurunan inflasi.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 0,3% ke 6.940 disertai dengan munculnya volume penjualan, pergerakan IHSG pun kembali berada di bawah MA-20.
“Dalam jangka pendek masih terdapat kemungkinan akan adanya peluang IHSG menguat untuk membentuk wave b dari wave (ii) ke rentang area 6.995-7.017, dengan catatan IHSG masih mampu bergerak di atas 6.900,” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (4/10/2023).
Herditya juga memberikan catatan, selama belum mampu break area resistance di 7.046, maka posisi IHSG masih rawan berbalik terkoreksi untuk menguji area support di 6.900 dan akan menuju ke rentang 6.747-6.861.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, CPIN, HRUM, ITMG dan TKIM.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi melanjutkan tren fluktuatif di Rabu (4/10).
“Fluktuasi IHSG berlanjut di Selasa (3/10). IHSG kembali membentuk upper shadow panjang dengan ditutup di bawah MA-20. Dengan demikian, IHSG diperkirakan kembali fluktuatif di kisaran 6.930-6.975 pada perdagangan Rabu (4/10),” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan saham-saham BRPT, SMRA, ACES, BBTN, GGRM, HMSP dan PRDA.
(fad/ggq)