“Secara rata-rata, forecast kami untuk 2023 adalah sebesar US$ 168/ton dan turun ke US$ 117/ton pada 2024,” ujarnya saat dihubungi, pada Selasa (3/10/2023).
Harga batu bara yang diramalkan makin jatuh tersebut dipicu oleh normalisasi permintaan impor dari China dan India, lantaran produksi mereka sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Faktor kejatuhan harga batu bara juga tidak lepas dari koreksi harga gas alam. Sebab, ketika harga gas lebih murah, maka insentif untuk beralih ke batu bara menjadi lebih kecil.
Adapun pada perdagangan kemarin, harga gas TTF Belanda ditutup turun 6,03% ke EUR 39,34/MWh. Dalam seminggu, harga gas TTF jatuh 11,49% point-to-point.
Berikut pergerakan saham batu bara pada perdagangan hari ini, Selasa (3/10/2023):
- PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk (AIMS) turun 9,72% ke posisi Rp260
- PT Black Diamond Resources Tbk (COAL) drop 5,56% ke posisi Rp51
- PT Harum Energy Tbk (HRUM) anjlok 4,67% ke posisi Rp1.735
- PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) melemah 4,27% ke posisi Rp2.690
- PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO) terdepresiasi 4,03% ke posisi Rp595
- PT Indika Energy (INDY) drop 3,26% ke posisi Rp2.080
- PT Bayan Resources Tbk (BYAN) turun 2,67% ke posisi Rp18.225
- PT Atlas Resources Tbk (ARII) terkontraksi 2,67% ke posisi Rp366
- PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) drop 2,18% ke posisi Rp28.050
- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melemah 2,14% ke posisi Rp2.740
- PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) turun 1,83% ke posisi Rp2.150
- PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) terdepresiasi 1,75% ke posisi Rp2.800
- PT ABM Investama Tbk (ABMM) drop 1,03% di posisi Rp3.840
Pada kesempatan terpisah, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga memperkirakan harga batu bara kian ambruk pada 2024.
Josua memperkirakan harga batu bara sampai akhir tahun ini bertengger di posisi US$ 140/ton, dan secara bertahap akan terus tergelincir ke level US$ 122,5/ton hingga akhir 2024.
“Kami memperkirakan hal ini sejalan dengan sentimen kenaikan harga minyak dunia yang merupakan substitusi batu bara sebagai sumber energi. Namun, secara fundamental, kami melihat harga batu bara berpotensi mengalami penurunan ke depan,” terangnya, Selasa (3/10/2023).
Dia melanjutkan, permintaan batu bara dari China —yang notabene konsumen terbesar dunia— diprediksi makin melambat sepanjang paruh kedua tahun ini, dan berlanjut hingga ke tahun 2024.
Jika mencermati terhadap kacamata analisis teknikal dalam perspektif harian atau time frame daily, batu bara masih akan melanjutkan tren bearish. Terlihat dari indikator Relative Strength Index (RSI) yang parkir di angka 43,69.
RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Sementara target koreksi atau support terdekat ada di US$ 151,01/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara menuju support berikutnya yaitu US$ 144,47/ton.
(fad/aji)