"Itu sekitar 274 TWh, [atau] lebih tinggi 16,1 TWh atau setara Rp 22,2 triliun dibandingkan dengan penjualan listrik pada 2021. Ini bahkan lebih tinggi 10,7 TWh atau setara Rp 15,4 triliun dibandingkan dengan target RKAP [Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan] 2022, yaitu 263 TWh," paparnya.
Di sisi lain, PLN juga melakukan pemangkasan utang dan belanja modal pada 2022. Tercatat utang perusahaan tersebut berhasil turun dari Rp 450 triliun menjadi Rp 409 triliun. Adapun belanja modal perusahaan dipotong dari Rp70 triliun menjadi Rp57 triliun.
"Ini dampaknya terlihat sekali debt service coverage ratio [rasio cakupan pelunasan utang] kita yaitu operating cash flow dibanding pembayaran pokok dan bunga itu bisa naik dari 1,41 menjadi 1,97," ujar Darmawan. Ini artinya terjadi kenaikan rasio 0,56 kali. Penurunan rasio cakupan pelunasan utang juga diikuti oleh penurunan beban bunga. PLN bisa menurunkan beban bunga ke level Rp 21 triliun.
(rez/roy)