Logo Bloomberg Technoz

Perlambatan ekonomi global jadi sentimen bagi harga logam, termasuk tembaga. Rezim suku bunga tinggi yang memicu kelesuan ekonomi akan membuat permintaan logam menurun.

Terbaru, datang komentar dari Presiden Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve caang Cleveland Loretta Mester. Menurutnya, The Fed kemungkinan masih akan menaikkan suku bunga acuan sekali lagi tahun ini dan menahannya di level tinggi demi mengembalikan inflasi menuju target 2%.

“Saya rasa kami mungkin menaikkan Federal Funds Rate sekali lagi tahun ini dan menahannya untuk beberapa waktu sembari mengumpulkan informasi seputar perkembangan ekonomi dan mengkaji dampak pengetatan yang sudah dilakukan,” paparnya, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.

Analisis Teknikal

Harga Tembaga (Sumber: Bloomberg)

Secara teknikal, tembaga memang masih bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 37,69. RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang di zona bearish.

Namun, angka RSI itu sudah dekat dengan 30 yang menjadi ambang batas jenuh jual (oversold). Jadi, ruang kenaikan harga tembaga pun masih terbuka.

Target kenaikan terdekat adalah US$ 8.382/ton. Penembusan di titik ini akan membawa harga naik lagi menuju US$ 8.362,42/ton.

Target paling optimistis atau resisten terjauh adalah US$ 8.598,2/ton.

(aji)

No more pages