Awaludin mengklaim inflasi beras merupakan fenomena umum karena pola panen di tingkat petani. Secara umum, kata dia, pola panen berada di bulan Maret-Juli itu panen raya. Kemudian pada Juli-September panen kedua yang jumlahnya pasti lebih kecil.
Sudah dilakukan itu (operasi pasar dan bansos pangan) aja kan masih tinggi kan. Apalagi kalau itu tidak ada
Sekretaris Perum Bulog, Awaludin Iqbal
"Kemudian nanti di Oktober-Februari masa tidak ada panen. Artinya kecenderungan memang di periode ini harga lebih tinggi dibanding periode panen. Makanya kita perbesar operasi pasar melalui program SPHP," ujar Awaludin seraya menegaskan beras SPHP yang digelontorkan sudah sebanyak 800.000 ton sejak Januari.
Kendati demikian, dia tidak dapat memprediksi kapan harga beras di pasar akan benar-benar stabil. Bulog hanya memastikan ketersediaan di gudang untuk terus diguyur kepada masyarakat.
"Kita fokus menambah supply-nya sekuat tenaga kita tambah agar seimbang dan harga tidak semakin tinggi," ujarnya.
Terus Ikhtiar
Hal senada juga disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi. Dia tidak menjawab pasti kapan harga beras akan stabil kembali.
Bapanas, kata dia, saat ini fokus untuk memastikan ketersediaan beras di gudang beras.
"Kita tentunya masifkan bantuan pangan pada 21,3 juta KPM, sehingga 640.000 ton selama 3 bulan bisa sampai ke masyarakat," ujar dia saat dihubungi, Senin (2/10/2023) malam.
Selain itu, Bapanas juga memastikan bakal terus meningkatkan gerakan pasar murah. Selain itu, pihaknya juga memastikan Pasar Induk Beras Cipinang tidak mengalami kekurangan stok.
"Kita gelontorkan sebanyak-banyaknya. Itu yang kita kerjakan sambil mempersiapkan top up stock level bulog kembali," ujar dia.
(ain)