Logo Bloomberg Technoz

Special Research

Tersandera Arah Bunga The Fed, Rupiah Bisa Jebol Rp16.000/US$

Ruisa Khoiriyah
03 October 2023 14:06

Ilustrasi dolar AS dan rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi dolar AS dan rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah, yang awalnya berstatus satu-satunya mata uang Asia yang sampai pekan lalu masih mencatat return positif melawan dolar Amerika Serikat (AS), akhirnya tumbang dan menghapus semua capaian penguatan sepanjang tahun ini.

Rupiah tak kuasa menahan tekanan aksi jual di pasar keuangan domestik dengan para pemodal asing hengkang seiring kian melesatnya tingkat imbal hasil investasi AS. Pelemahan rupiah tidak sendiri, hampir semua mata uang yang menjadi lawan the greenback, merosot nilainya. Pelemahan rupiah hanya kalah oleh won Korea Selatan yang kehilangan nilai hingga 0,71% sampai siang ini.

Kekalahan mata uang melawan dolar Amerika Serikat masih terpicu oleh sinyal hawkish yang kian terang dari Federal Reserve. Dengan data pasar tenaga kerja Amerika terakhir yang memperlihatkan penguatan, peluang kenaikan Fed Funds Rate sebesar 25 bps pada dua bulan tersisa tahun ini menjadi semakin besar. Inilah yang memicu aksi jual pemodal global sejak tadi malam.

Hal itu akhirnya juga memberi tekanan lanjutan bagi rupiah yang juga tengah menghadapi ancaman defisit transaksi berjalan akibat kenaikan harga minyak dunia beberapa waktu terakhir ditambah bayang-bayang inflasi harga beras yang dapat menjadi pemicu inflasi baru.

Dengan jeda waktu masih panjang menuju kepastian keputusan the Fed yang dijadwalkan pada 1 November dan 13 Desember nanti, setiap sinyal yang mempertegas potensi kenaikan FFR akan menjadi pemberat nilai rupiah.