“Intinya kami terus meningkatkan kewaspadaan dan menyiapkan fasilitas kesehatan yang ada di Bali,” tambahnya.
Dinkes Bali juga akan menerapkan imbauan pemerintah agar selalu terus waspada. Walaupun belum terdeteksi kasus virus nipah di Indonesia.
“Sesuai dengan imbauan dari Kemenkes, kita semua diminta agar selalu waspada terhadap penyakit-penyakit infeksi baru,” ungkap dr Nyoman.
DKI Jakarta
Wilayah DKI Jakarta hingga saat ini masih ‘bersih’ dari kasus virus yang berasal dari hewan tersebut. Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama pun meminta masyarakat tetap berhati-hati.
“Belum ada yang positif hingga saat ini. Kita Jangan panik tetapi terus waspada,” ujar Ngabila saat dikonfirmasi.
Kemenkes sendiri mengatakan belum mengetahui keberadaan virus Nipah di wilayah Indonesia. Akan tetapi, pemerintah perlu meningkatkan kewaspadaan karena letak kasus positif berada di negara-negara sekitar Indonesia.
Seperti diketahui, Pemerintah Daerah Kerala, India sempat melaporkan kasus positif baru pada 12 September lalu. Dalam waktu singkat, pemerintah mendeteksi enam kasus positif dan dua kematian, pada 18 September 2023. Dua di antaranya tenaga kesehatan dan anak-anak.
Pemerintah setempat pun tengah berupaya melokalisir penyebaran dengan melakukan pemeriksaan pada sekitar 1.286 kontak erat para pasien. Dalam pernyataannya, pemerintah India pun mengklaim, wabah Nipah bersifat lokal yaitu pada Distrik Kozhikode dan Malappuram, Kerala.
Gejala
Virus Nipah memiliki 5 gejala awal yang harus diwaspadai. Dari demam, sakit kepala, nyeri otot, muntah dan sakit tenggorokan. Gejala-gejala tersebut diikuti dengan kesadaran yang berubah, rasa kantuk dan tanda-tanda neurologi yang mengindikasikan ensefasilitis akut/Kejang akut.
Kejang bisa terjadi pada kasus yang sudah parah dan bahkan bisa koma dalam waktu 24-48 jam.
Nipah adalah virus zoonotik yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Menurut WHO virus ini dapat menyebabkan infeksi pernapasan yang parah dan menyerang otak.
Sejarah penyebaran virus nipah
Virus ini pertama kali terdeteksi pada tahun 1999 saat terjadi wabah di kalangan peternah babi Malaysia dan juga ditemukan di Singapura. Meskipun tidak ada infeksi baru yang terjadi di kedua lokasi tersebut, telah terjadi peningkatan secara berkala di Bangladesh dan India sejak tahun 2001.
Wabah yang terjadi di Malaysia diyakini disebabkan oleh virus yang menyebar dari babi yang terinfeksi ke manusia. Namun menurut WHO, di India dan Bangladesh jalur penularan yang paling mungkin diperkirakan berasal dari konsumsi produk buah-buahan yang terkontaminasi oleh urin atau air liur kelelawar buah yang terinfeksi, seperti getah kurma.
(spt)