Senada, dalam pidatonya di Prairie View A&M University di Texas, Presiden Federal Reserve Bank of Dallas Lorie Logan mengatakan: "Kita harus tetap siap untuk melanjutkan kenaikan suku bunga untuk periode yang lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.”
Keduanya memberikan komentar sesaat setelah data menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen pada Januari naik 6,4% secara tahunan, merupakan angka yang lebih tinggi dari perkiraan para ekonom, dan masih jauh di atas target inflasi tahunan oleh The Fed pada level 2%.
Presiden Federal Reserve Bank of Philadelphia, Patrick Harker mengatakan bahwa ia percaya para pembuat kebijakan akan perlu menaikkan suku bunga di atas level 5%, dan mungkin lebih tinggi lagi untuk melawan inflasi yang hanya mereda secara perlahan.
"Kami harus membiarkan data menjalankan hal tersebut," kata Harker saat menjawab pertanyaan dari audiens setelah pidatonya di Universitas La Salle. "Ini akan berada di atas 5%. Seberapa di atas 5? Itu akan sangat tergantung pada apa yang kami lihat."
Presiden Federal Reserve Bank of New York, John Williams, mengatakan “Menjaga suku bunga Federal Funds dalam kisaran 5% hingga 5,5% pada akhir tahun, seperti yang tertera dalam perkiraan pejabat The Fed pada Desember kemarin adalah kerangka yang tepat,”
Lanjutnya, "Dengan kekuatan di pasar tenaga kerja, jelas ada risiko bahwa inflasi akan tetap tinggi lebih lama dari yang diperkirakan. Bahwa kita mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih tinggi dari itu," kata Williams kepada wartawan setelah pidatonya di Asosiasi Bankir New York.
John Williams meyakini bahwa suku bunga yang lebih tinggi akan dapat terus menurunkan angka inflasi menuju target 2%, tetapi ia menegaskan bahwa pekerjaan tersebut belum selesai.
Indeks Harga Konsumen secara keseluruhan naik 0,5% pada Januari dari bulan sebelumnya, didukung oleh kenaikan harga bensin dan perumahan. Melansir data Departemen Tenaga Kerja dikutip dari Bloomberg News, angka tersebut sesuai dengan ekspektasi para ekonom, dengan menandai kenaikan terbesar dalam tiga bulan terakhir.
"Inflasi sedang normalisasi tapi turunnya secara perlahan," kata Barkin kepada Jonathan Ferro dan Michael McKee dari Bloomberg.
Para pejabat Federal Reserve telah menaikkan suku bunga secara agresif untuk berupaya meredam inflasi yang telah mencapai level tertinggi dalam 40 tahun terakhir pada tahun lalu.
Pada awal Februari, mereka menaikkan suku bunga acuan sebesar seperempat persentase poin menjadi kisaran 4,5% hingga 4,75%. Kenaikan itu menyusul kenaikan setengah persentase poin pada pertemuan Desember, yang datang setelah kenaikan keempat sebesar 75 basis poin berturut-turut.
Sebagai informasi, pada Desember kemarin para pejabat memproyeksikan suku bunga akan mencapai level tertinggi sekitar 5,1% pada tahun ini. Berdasarkan perkiraan median, mengindikasikan dua kenaikan seperempat persentase poin lagi.
Reaksi Pasar
Indeks S&P 500 turun 0,03%, indeks Dow Jones terkoreksi 0,46% dan imbal hasil obligasi pemerintah melonjak setelah rilisnya data inflasi. Para pelaku pasar saat ini tengah mencermati lebih lanjut peluang untuk pejabat The Fed untuk meningkatkan suku bunga sebesar seperempat persen poin pada Juni, mengikuti kenaikan serupa pada bulan Maret dan Mei.
Ekspektasi di mana suku bunga akan memuncak telah meningkat, mengikuti angka data pekerjaan yang lebih kuat dari perkiraan, dan tanda-tanda inflasi yang bergerak naik secara persisten.
Ekonom di Barclays Plc dan Monetary Policy Analytics saat ini memproyeksikan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga menjadi kisaran antara 5,25% dan 5,5%.
Logan mengatakan bahwa ia melihat dua risiko terhadap kebijakan moneter saat ini, melakukan aksi yang terlalu sedikit dan menyebabkan kembalinya inflasi, dan melakukan terlalu banyak kebijakan dan menciptakan rasa sakit berlebihan di pasar tenaga kerja. Risiko yang penting dicermati adalah melakukan aksi yang terlalu sedikit, ujar dia.
Para pembuat kebijakan merasa khawatir dengan kenaikan harga-harga jasa saat ini yang disebabkan oleh kekurangan pekerja yang diperparah oleh adanya pandemi Covid-19.
Ketua The Fed Jerome Powell, telah memperingatkan bahwa pelonggaran di pasar tenaga kerja akan diperlukan untuk meredakan tekanan harga yang terus berlanjut. Data Non Farm Payrolls (NFP) telah meningkat sebesar 517 ribu pada bulan lalu, lebih dari dua kali lipat dari ekspektasi Wall Street, dan tingkat pengangguran turun menjadi 3,4%, yang merupakan terendah sejak Mei 1969.
Ada beberapa indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi bisa lebih tangguh dari yang diperkirakan, atau bahkan dapat melaju lebih cepat. Pada 8 Februari, The Atlanta yang mencermati langkah The Fed telah memberikan perkiraan awal pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I-2023 akan tumbuh sebesar 2,2% secara tahunan.
"Anda telah melihat permintaan yang bergerak sangat cepat di beberapa sektor,” pungkas Barkin.
(bbn)