“Arah suku bunga dan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menjadi penggerak utama hari ini. Keketatan pasokan sudah masuk dalam hitungan pelaku pasar (priced-in),” kata Rebecca Babin, Senior Energy Trader di CIBC Private Wealth, seperti diberitakan Bloomberg News.
Citigroup Inc memperkirakan harga minyak bisa turun hingga ke US$ 70/barel tahun depan. Kala itu, pasokan akan bertambah sehingga harga tertekan.
“Harga yang tinggi dalam waktu dekat akan menjadi risiko koreksi tahun depan,” tegas riset Citigroup.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dalam perspektif harian (daily time frame), harga minyak memang tidak lagi bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) Brent yang sebesar 46,26.
Angka RSI di bawah 50 menandakan suatu aset cenderung bearish. Namun karena nilainya masih dekat dekat 50, Brent bisa dibilang ada di zona netral.
Dalam waktu dekat, potensi kenaikan harga Brent cukup terbuka. Target kenaikan atau resisten terdekat ada di 93,54/barel. Jika tertembus, maka harga bisa naik lagi menuju US$ 93,62/barel.
Sementara target koreksi atau support terdekat adalah US$ 88,41/barel. Penembusan di titik ini bisa membuat harga turun menuju US$ 82,52/barel.
Untuk WTI, nilai RSI ada di 50,7. Masih cenderung bullish, meski sinyalnya tidak terlampau kuat.
Target resisten terdekat untuk WTI ada di US$ 90,13/barel. Jika tertembus, maka ada peluang naik lagi menuju US$ 90,41/barel.
Sedangkan support terdekat adalah US$ 85,22/barel. Apabila tertembus, maka ada risiko penurunan lebih lanjut menuju US$ 78,84/barel.
(aji)