Tingginya suku bunga, yang membuat penyimpanan dan pengiriman minyak menjadi lebih mahal, telah membatasi kenaikan harga minyak meskipun pasar fisik tetap ketat akibat pembatasan pasokan dari Arab Saudi dan sekutu-sekutunya.
"Kenaikan suku bunga dan penguatan nilai dolar adalah faktor utama hari ini," kata Rebecca Babin, seorang trader senior di CIBC Private Wealth. "Sebagian besar ketegangan pasar fisik sudah di-priced in, dan penurunan stok yang paling parah mungkin sudah berlalu."
Pada awal sesi, terdapat sinyal campuran seputar dimulai kembalinya aliran pipa minyak kunci yang menghubungkan Irak ke Turki. Meskipun seorang menteri Turki mengatakan pipa tersebut siap beroperasi, seorang pejabat senior Irak mengatakan bahwa pipa tersebut tidak dapat diaktifkan hingga masalah komersial antara kedua negara tersebut terselesaikan.
Pipa ini mengangkut hampir setengah juta barel minyak mentah per hari, dan dimulai kembalinya ini akan membantu mengurangi ketegangan pasar.
Harga minyak telah mengalami reli sejak pertengahan Juni setelah Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya membatasi pasokan minyak mentah, Rusia melarang ekspor diesel, dan data resmi AS mengkonfirmasi penurunan stok minyak mentah di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma.
Kenaikan ini, yang juga didukung oleh permintaan yang kuat, telah memicu spekulasi bahwa harga minyak bisa mencapai US$100 per barel.
Namun, tidak semua memperkirakan pasar yang ketat. Citigroup Inc. mengatakan bahwa harga Brent kemungkinan akan turun kembali ke level rendah US$70 per barel tahun depan karena peningkatan pasokan.
"Harga yang lebih tinggi dalam jangka pendek dapat mengakibatkan penurunan harga tahun depan," tulis para analis Citigroup dalam sebuah catatan.
Harga:
- WTI untuk pengiriman November turun 2,2% menjadi US$88,82 per barel.
- Brent untuk pengiriman Desember turun 1,6% menjadi US$90,71 per barel.
(bbn)