Bloomberg Technoz, Jakarta - Menurunnya kinerja ekspor secara bulanan pada Januari 2023 makin menegaskan bahwa Indonesia sudah waktunya mempertajam komitmen penghiliran industri.
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan kinerja ekspor Indonesia melanjutkan perlambatan bulanannya pada Januari 2023 dengan hanya capaian senilai US$22,31 miliar atau menurun dari US$23,83 pada Desember 2022.
Ketua Bidang Industri Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Johnny Darmawan menyebut penurunan kinerja ekspor nasional sangat dipengaruhi oleh tren pelembaman harga komoditas ekspor unggulan seperti batu bara dan minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
Solusinya adalah pendalaman industri atau penghiliran agar ada nilai tambah dari produk-produk yang kita ekspor.
Ketua Bidang Industri Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Johnny Darmawan
Dia melanjutkan harga komoditas-komoditas akan cenderung kembali ke normal setelah menorehkan reli penguatan, atau membuat Indonesia tidak lagi menerima berkah atau windfall seperti dua tahun belakangan.
"Solusinya adalah pendalaman industri atau penghiliran agar ada nilai tambah dari produk-produk yang kita ekspor. Proses komoditas-komoditas ekspor, khususnya pertambangan, di dalam negeri, nilai [tambah] bisa berlipat-lipat. Nilai keseluruhan naik, tidak lagi bergantung pada pergerakan harga dan nilai tukar," katanya kepada Bloomberg Technoz, Rabu (15/02/2023).
Pemerintah memang sudah menyadari hal tersebut dan mulai mengupayakan adanya penghiliran industri. Namun, menurut Johnny, upaya itu terlambat dilakukan mengingat waktu yang dibutuhkan untuk merealisasikannya tidak bisa dibilang singkat.
"Mulainya itu terlambat, baru belakangan ini. Waktunya itu juga lama, tidak bisa begitu saja jadi. Contoh itu untuk [komoditas] nikel, smelter-nya enggak jadi-jadi juga karena itu butuh uang besar, investasinya perlu dicari dahulu," tuturnya.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan salah satu penyebab lesunya ekspor secara bulanan adalah koreksi terhadap kinerja penjualan komoditas unggulan seperti besi dan baja, minyak kelapa sawit dan produk turunannya, serta batu bara.
"Sepanjang 2022, [kinerja perdagangan] Indonesia menikmati windfall [durian runtuh] akibat kenaikan harga komoditas unggulan di pasar internasional. Namun, per Januari 2023, nilai ekspor untuk komoditas unggulan mengalami penurunan secara bulanan," tuturnya di sela konferensi pers, Rabu (15/02/2023).
Penurunan kinerja ekspor komoditas besi dan baja serta minyak kelapa sawit dan produk turunannya lebih disebabkan oleh tekanan secara volume, alih-alih nilai.
Sementara itu, pelemahan ekspor komoditas batu bara lebih disebabkan oleh koreksi harga komoditas tersebut, yang diperparah dengan penurunan permintaan global.
Secara terperinci, ekspor komoditas besi dan baja pada Januari 2023 hanya mencapai US$ 2,1 miliar, minyak kelapa sawit dan produk turunannya US$2,0 miliar, serta batu bara US$3,4 miliar.
(rez/wdh)