Senada, saham infrastruktur juga naik mendukung penguatan IHSG, PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) meroket 25% ke posisi Rp280/saham, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) melesat naik 15,84% ke posisi Rp234/saham. PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) menguat 9,58% ke posisi Rp80/saham.
Sementara indeks saham LQ45 yang berisikan saham-saham unggulan ikut menguat dan parkir di zona hijau, dengan kenaikan 4,39 poin atau 0,46% ke posisi 957,08.
Saham-saham LQ45 yang bergerak pada teritori ekspansif antara lain, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) melesat naik 35 poin ke posisi Rp785/saham, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) terbang 20 poin ke posisi Rp605/saham. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terapresiasi 250 poin ke posisi Rp9.075/saham, dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) naik 50 poin ke posisi Rp1.870/saham.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi September 2023. Seperti ekspektasi sebelumnya, terjadi peningkatan inflasi secara bulanan meski ada perlambatan secara tahunan.
Pada Senin (2/10/2023), Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti melaporkan terjadi inflasi 0,19% pada September dibandingkan bulan sebelumnya, yang merupakan lebih tinggi dibandingkan Agustus -0,2% mtm.
Sedangkan secara tahunan dibandingkan September 2022, inflasi ada di angka 2,28% yoy. Jauh lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang 3,27% yoy.
Aktivitas industri manufaktur Indonesia berhasil ada di zona ekspansif pada September. Namun, ekspaksinya tidak setinggi bulan sebelumnya.
S&P Global mengumumkan aktivitas manufaktur RI yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada September ada di 52,3. Kuat di atas 50, yang menandakan berada di zona ekspansi. Akan tetapi, ekspansi September sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Agustus, skor PMI manufaktur Tanah Air ada di 53,9.
Adapun pasar saham Asia bergerak merah pada perdagangan sore hari ini. Indeks Nikkei 225 melemah 0,31%, indeks Strait Times Singapore turun 0,27% dan indeks Kospi terapresiasi 0,09%. Sementara itu, Dow Jones Index Future naik 0,22%.
Kontraksi indeks saham tersebut sebab aktivitas manufaktur di Asia masih lesu menjelang musim puncak liburan, memperpanjang tren penurunan yang berkepanjangan tahun ini.
Aktivitas pabrik di wilayah Asia ini sebagian besar memburuk pada September karena lesunya permintaan global yang mendorong penurunan output dan pekerjaan baru, demikian menurut data PMI yang diterbitkan oleh S&P Global dan au Jibun Bank.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, PMI Jepang sedikit melambat menjadi 48,5 bulan lalu dari 49,6 pada Agustus, turun lebih jauh dari level 50 yang memisahkan ekspansi dari kontraksi.
Sementara pabrik-pabrik di Vietnam mengalami penurunan aktivitas setelah sebulan ekspansi, bergabung dengan Thailand, Malaysia, Myanmar. Hanya Filipina yang mengalami peningkatan, berbalik dari kontraksi menjadi ekspansi.
Ini akan menjadu jalan yang sulit dan berat bagi para produsen karena tengah bergulirnya musim kemarau El Nino dan juga pasokan minyak yang lebih ketat mengancam untuk menghidupkan kembali tekanan biaya dan membuat biaya pinjaman lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Para analis mengatakan, data tersebut menunjukkan bahwa pemulihan manufaktur di Asia masih goyah dan berisiko tergelincir karena permintaan global yang lemah, gangguan rantai pasokan yang lesu, dan kenaikan suku bunga acuan yang ketat.
(fad/wep)