Sementara kurs tengah Bank Indonesia sore ini berada di kisaran Rp15.519/US$, melemah 32 bps dibanding level penutupan pekan lalu.
Aksi jual pemodal di pasar SUN terus berlanjut terindikasi dari tingkat imbal hasil SUN 2 tahun 'terbang' hingga 9,3 bps ke 6,203%. Sedangkan tenor lebih panjang yaitu 5 tahun dan 10 tahun naik masing-masing 7,9 bps dan 7 bps ke 6,2% dan 6,94%.
Hanya tenor 7 tahun yang terpantau mencatat aksi beli dengan imbal hasil melandai tipis 1,2 bps ke 6,51% sampai pukul 16:07 WIB, Senin (2/10/2023).
Pemodal juga terus melepas dananya di global bond Indonesia, atau SUN berdenominasi dolar dengan tenor 10 tahun mencatat kenaikan yield ke 5,842%.
Penyempitan selisih imbal hasil antara US Treasury, surat utang AS dengan surat utang terbitan pemerintah RI terus memicu aksi jual di pasar pendapatan tetap domestik. Yield US Treasury 10 tahun sore ini terpantau terus melejit ke 4,62% dengan indeks dolar Amerika berada di 106,289.
Tekanan aksi jual di pasar surat utang masih diimbangi oleh aksi beli pemodal di pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan hari ini berhasil ditutup menguat tipis 0,3% ke 6.961,45.
Meski demikian, outlook eksternal yang membebani dari mulai arah bunga acuan Amerika, lonjakan harga minyak dunia dan inflasi pangan yang telah menjadi momok inflasi domestik bulan-bulan ini, membuat pamor Indonesia sedikit tercoreng.
Premi risiko berinvestasi di Indonesia merambat naik lagi ke 92,91 sore ini dan menjadi level tertinggi sejak Mei lalu.
(rui/aji)