Logo Bloomberg Technoz

Dikarenakan produksi bahan bakar ramah lingkungan yang jauh dari permintaan pada tahun-tahun mendatang, pabrikan otomotif pun mengakui bahwa transisi ini hanya akan terjadi secara bertahap.

Ilustrasi baja. (Andrey Rudakov/Bloomberg)

Merespons hal tersebut, Penasihat Senior lembaga think tank Agora Industry Oliver Sartor berpendapat industri baja memerlukan sistem pelabelan khusus untuk menunjukkan kinerja emisi produk yang berbeda, karena penggunaan gas alam hanyalah langkah awal dalam mentransformasi sektor baja

“Baja yang dibuat dengan gas alam bukanlah baja yang netral terhadap iklim dan itulah yang terpenting,” katanya.

Untuk mencegah greenwashing, Federasi Baja Jerman mengusulkan sistem pelabelan seperti itu, di mana hanya baja primer yang diproduksi dengan 100% hidrogen hijau yang dapat ditetapkan sebagai “mendekati nol emisi”.

Menurut Thyssenkrupp, grup konglomerasi baja Jerman, akan ada sejumlah tingkat baja yang berbeda, tergantung pada berapa banyak CO2 yang dilepaskan dalam proses pembuatannya.

Setelah melakukan penjualan pertamanya ke Mercedes-Benz dua tahun lalu, korporasi baja Salzgitter menargetkan produksi 1,9 juta ton baja rendah karbon mulai 2026.

Pelanggan bersedia membayar premi tiga digit euro per ton, dibandingkan dengan baja dari tanur sembur (blast furnace) konvensional, menurut Chairman Salzgitter Gunnar Groebler.

“Masyarakat bersedia membayar mahal untuk itu karena mereka memahami bahwa mereka juga bisa menjadi pionir dalam baja ramah lingkungan,” kata Groebler.

Pabrik milik perusahaan pada awalnya akan menggunakan bahan bakar gas alam, yang akan mengurangi emisi karbon sebesar 60% dibandingkan dengan pembuatan baja berbahan bakar batu bara. Proporsi hidrogen akan ditingkatkan secara bertahap hingga baja hampir bebas emisi pada2033. VW dan BMW telah mendapatkan volume pada masa depan, menurut pernyataan perusahaan.

“Saya menyelesaikan kontrak di mana saya dapat memberi tahu pelanggan dengan tepat berapa jejak karbon dioksida yang dihasilkan baja tersebut,” kata Groebler.

CEO Mercedes-Benz Group AG Ola Källenius. (Dok: Bloomberg)

Mercedes-Benz menolak mengatakan berapa premi yang siap mereka bayarkan untuk baja ramah lingkungan. Ketika produsen mobil tersebut berupaya menggunakan baja yang diproduksi dengan hidrogen daripada gas atau batu bara kokas, perusahaan tersebut telah berinvestasi di perusahaan rintisan H2 Green Steel dan bermitra dengan SSAB AB Swedia.

BMW juga telah mencapai kesepakatan dengan produsen baja rendah karbon, dan mengatakan perusahaan mendorong pemasok untuk beralih dari produksi berbasis batu bara ke penggunaan hidrogen.

Di sisi lain, Ford Motor Co. juga telah berjanji bahwa setidaknya 10% dari pembelian baja primernya akan menghasilkan emisi karbon mendekati nol pada 2030. Ford juga menolak menyebutkan jenis premi yang akan dibayarkan.

Namun, masih terlalu dini untuk menyimpulkan perjanjian pembelian hidrogen, mengingat sebagian besar proyek berada pada tahap awal dan infrastruktur pendukungnya masih dalam tahap perencanaan, kata Groebler.

Awal tahun ini, Jerman mengumumkan rencana untuk menghubungkan pusat-pusat industri di dekat Rhine, bagian selatan dan timur negara itu dengan jaringan pipa hidrogen.

Hidrogen akan memainkan peran penting dalam peralihan negara ini dari bahan bakar fosil, karena negara dengan ekonomi terbesar di Eropa ini bertujuan untuk mengurangi emisi karbon sebesar dua pertiga pada 2030 dibandingkan dengan tingkat emisi pada 1990 dan mencapai emisi karbon nol pada 2045.

Thyssenkrupp – yang menyelesaikan kesepakatan baja ramah lingkungan dengan Mercedes-Benz pada Juni, diikuti oleh sejumlah kontrak lainnya – sedang mengembangkan sistem untuk tender hidrogen yang dibutuhkannya, menurut juru bicaranya.

Mengalihkan industri baja dengan margin rendah dari batu bara murah ke teknologi ramah lingkungan yang lebih mahal memerlukan dukungan besar dari pemerintah.

Salzgitter dan Thyssenkrupp telah menerima total sekitar €3 miliar untuk memulai investasi, sedangkan ArcelorMittal SA dan Saar Stahl termasuk di antara perusahaan baja lainnya yang akan menerima dukungan, kata Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck pekan lalu.

Produsen baja juga berupaya memanfaatkan subsidi untuk biaya operasional, setelah Pemerintah Jerman berencana mengalokasikan €50 miliar mulai tahun depan untuk melakukan dekarbonisasi industri berat.

(bbn)

No more pages