Logo Bloomberg Technoz

Dengan yield SUN 10 tahun berada di 6,88%, maka selisih imbal hasil dua instrumen fixed income antara Indonesia dan Amerika kini tinggal 227 bps, semakin menyempit dari jarak terlebar tahun ini yang terjadi pada Maret lalu di kisaran 340 bps.

Kian sempitnya selisih imbal hasil surat utang RI dibanding AS yang memiliki keunggulan peringkat kredit, bisa semakin mengurangi daya tarik investasi surat utang di Indonesia. Nilai arus keluar modal asing dari Indonesia telah mencapai US$ 778 juta pada kuartal III-2023 dan menempatkan posisi kepemilikan asing saat ini di SBN tinggal Rp829,2 triliun, terendah sejak Mei lalu.

Pelemahan rupiah yang dalam itu terjadi di tengah upaya Bank Indonesia menarik dana asing melalui instrumen SRBI yang sejauh ini tidak terlihat berhasil menarik dana segar baru dari luar. Dana pemodal ke SRBI terlihat hanya sebagai limpahan dari dana di SBN yang keluar dari tenor panjang menuju tenor pendek yang memberi cuan lebih menarik. 

Nilai tukar rupiah tertekan oleh semakin sempitnya selisih imbal hasil UST dengan SBN (Bloomberg)

“Sebagai pengimpor minyak mentah, harga minyak yang lebih tinggi berdampak pada memburuknya neraca transaksi berjalan,” kata Nicholas Chia, ahli strategi makro di Standard Chartered Bank yang berbasis di Singapura, seperti diwartakan Bloomberg News, Senin (2/10/2023).

“Menyempitnya perbedaan suku bunga dapat memicu lebih banyak arus modal keluar, terutama karena BI akan bertahan hingga sisa tahun ini sementara masih ada risiko kenaikan suku bunga lagi oleh The Fed pada kuartal keempat," jelas analis.

Analis FX Maybank Alan Lau memperkirakan, imbal hasil surat utang RI dan Amerika berpeluang pulih pada Desember nanti dan memberi kelegaan bagi rupiah.

Hari ini, para pelaku pasar akan menanti data inflasi yang dirilis siang hari oleh Badan Pusat Statistik. “Rupiah kemungkinan besar akan melemah, sama seperti sebagian besar negara-negara lain di Asia,” kata Nicholas Mapa, ekonom di ING Groep NV.

“Pada tahap ini, banyak hal masih bergantung pada arah kebijakan The Fed karena hal ini akan berdampak pada sentimen. Oleh karena itu, seruan kami akan sangat bergantung pada kebijakan Fed, tetapi hingga narasinya berubah, sebagian besar valuta Asia akan berada di bawah tekanan."

-- dengan bantuan David Finnerty dari Bloomberg News.

(rui)

No more pages