Bloomberg Technoz, Jakarta - Prediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Senin (2/10/2023), berpotensi menguat terbatas di antara level support-nya. Bersamaan dengan kelegaan investor atas kesepakatan bersama dalam menghindari penutupan Pemerintahan Amerika Serikat atau Government Shutdown.
Pada perdagangan Jumat pekan kemarin IHSG menguat 0,03%, dengan menutup perdagangan pada level 6.939.

Secara teknikal IHSG berpotensi terkoreksi lebih dahulu menuju support pada area level 6.915–6.927. Jika tetap kuat berada di atas support tersebut, pergerakan IHSG akan rebound dengan target penguatan terdekat pada level 6.970–6.990, sebagai resistance potensial. Untuk resistance selanjutnya ada trendline menarik pada level 7.005–7.040 yang jadi target dalam time frame daily.
Sentimen pada perdagangan hari ini datang dari global dan regional. Sebuah kesepakatan untuk menghindari penutupan Pemerintahan AS (Government Shutdown) meredakan ketegangan di Wall Street setelah seminggu gangguan pasar akibat kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral.
Disahkannya undang-undang bersama untuk menjaga pemerintah berjalan hingga 17 November sebagai akhir dari ‘Sirkus’ politik ini memberi pasar keuangan ruang bernapas setelah downtrend yang terjadi baru-baru ini di saham dan obligasi.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, aturan telah disahkan dalam chambers, Sabtu, hanya beberapa jam sebelum batas waktu tengah malam. Terdapat kesepahaman antara Partai Demokrat dan Partai Republik soal pendanaan Federal jangka panjang.
Sementara itu dari sisi data ekonomi, tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, perhitungan akhir data Produk Domestik Bruto (PDB) AS memperlihatkan ekonomi tumbuh 2,1% secara kuartalan, tidak berubah dari estimasi sebelumnya dan lebih lambat dari pertumbuhan 2,2% pada kuartal I-2023.
“Dari pasar tenaga kerja, data Initial Jobless Claims memperlihatkan bahwa jumlah orang yang untuk pertama kali mencairkan tunjangan pengangguran naik tipis sebesar 2.000 menjadi 204.000 untuk minggu yang berakhir tanggal 23 September, jauh di bawah ekspektasi 215.000 dan tetap berada di dekat level terendah dalam tujuh minggu,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Kemudian dari regional, investor mencerna rilis sejumlah data ekonomi Jepang, terutama tingkat inflasi di Tokyo yang tercatat di angka 2,8% yoy pada September, melambat tipis dari kenaikan 2,9% yoy pada Agustus. Laju inflasi inti di Tokyo juga melambat menjadi 2,5% yoy dari 2,8% yoy.
Dari dalam negeri, S&P Global mengumumkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia pada September ada di 52,3. Masih di atas 50, yang menandakan berada di zona ekspansi. PMI manufaktur Indonesia mengalami ekspansi selama 24 bulan bulan beruntun alias genap 2 tahun.
Namun, ekspansi September sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Agustus, skor PMI manufaktur Tanah Air ada di 53,9. PMI manufaktur 52,3 juga menjadi yang terendah sejak Mei atau 3 bulan terakhir.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat tipis ke 6.939 dan masih didominasi oleh volume pembelian, namun penguatan IHSG masih tertahan dan belum mampu menembus MA-20.
“Selama belum mampu break area resistance di 7.046, maka posisi IHSG saat ini sedang berada di awal wave (ii) dari wave [iii], sehingga diperkirakan IHSG akan rawan menembus area support di 6,900 dan akan menuju ke rentang 6.747–6.861,” papar Herditya dalam risetnya pada Senin (2/10/2023).
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, AKRA, BMRI, INDY dan LSIP.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi rebound dengan uji pivot 6.950 di Senin (2/10).
“IHSG diperkirakan kembali uji pivot 6.950 di Senin (2/10). Potensi technical rebound ini didukung indikasi oversold pada Stochastic RSI,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan saham-saham MAPI, ITMG, PTBA, ESSA, PGAS dan BRIS.
(fad/ggq)