Salah satu isu yang menahun di Asia Tenggara adalah kebakaran hutan dan lahan dimana asapnya kerap menyebar ke berbagai negara. Selain risiko kesehatan, asap akibat karhutla juga menganggu aktivitas ekonomi, seperti pariwisata ataupun giat bisnis. Kerugian akibat asap dan karhutla mencapai miliaran dolar AS.
Kedua negara yang kerap menjadi sumber kebakaran alami atau disengaja adalah Indonesia dan Malaysia. Kondisi terakhir yang memicu kebakaran adalah lahan kering dan aktivitas pembukaan lahan untuk tanaman perkebunan. Yang terbaru, Malaysia menyalahkan kebakaran yang terjadi di Indonesia dan sekaligus menjadi penyebab kabut asap dan polusi udara di bagian barat negara tersebut.
Hotspot di Sumatera bagian selatan dan Jambi juga menyebabkan kabut asap dan polusi udara yang bertiup ke arah barat laut. Sementara asap dari karhutla dari hotspot di beberapa wilayah di Kalimantan menyebabkan kabut di wilayah Sarawak. Hal yang disampaikan Wan Abdul Latiff Wan Jaffar, Direktur dari Departemen Lingkungan Hidup Malaysia.
Menurut laporan AFP, Sabtu, Menteri Lingkungan Hidup Indonesia, Siti Nurbaya Bakar, membantah klaim kabut asap asal Indonesia, mengatakan kepada Malaysia bahwa mereka seharusnya tidak “berbicara sembarangan.”
Kementerian LHK dalam laporannya mengatakan bahwa petugas tengah mengintensifkan pemadaman di Kalimantan Tengah dalam dua hingga tiga hari ke depan. Utamanya titik pagi yang berdekatan dengan pusat aktivitas manusia, seperti sekolah dan jalan raya.
“Pemadam ini harus diselesaikan bersama. Saya harap dalam dua atau tiga hari kedepan, api di Tumbang Nusa dan Tanjung Taruna dapat padam,” kata Wakil Menteri LHK, Alue Dohong di wilayah terdampak karhutla di Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah
-Dengan asistensi Eko Listiyorini, Claire Jiao dan Anuradha Raghu.
(wep)